26 C
New York
Thursday, May 9, 2024

Rapat Parlemen Prancis Dihentikan Teriakan Anggotanya “Kembali ke Afrika”

Paris, MISTAR.ID

Seorang anggota parlemen sayap kanan Prancis telah menyebabkan kegemparan dengan meneriakkan “Kembalilah ke Afrika” selama komentar seorang anggota parlemen kulit hitam di sesi parlemen yang disiarkan ke publik pada Kamis (4/11/22).

Grégoire de Fournas, perwakilan parlemen dari partai National Rally (RN), menyela Carlos Martens Bilongo, seorang perwakilan dari partai paling kiri France Unbowed (LFI) selama sesi Majelis Nasional, majelis rendah parlemen.

Bilongo meminta pemerintah Prancis untuk bekerja sama dengan negara-negara Uni Eropa, terutama Italia dan Perdana Menteri sayap kanan Giorgia Meloni yang baru terpilih untuk membantu beberapa ratus migran Afrika yang diselamatkan dari laut Mediterania.

Baca juga: Politisi Prancis Mengaku Diserang dan Diancam Massa Penentang Kartu Kesehatan

De Fournas menyela, berteriak “kembali ke Afrika.” Kekacauan segera terjadi di ruangan itu, membuat Yaël Braun-Pivet, Presiden Majelis Nasional, untuk sementara menangguhkan sesi tersebut.

Bilongo dan partainya menggambarkan teriakan itu sebagai serangan pribadi yang rasis, meskipun partai de Fournas berpendapat bahwa seruan itu sebenarnya ditujukan untuk para migran yang sedang dibahas.

“Hari ini, beberapa orang sekali lagi menempatkan warna kulit saya di tengah perdebatan. Saya lahir di Prancis dan saya adalah seorang anggota parlemen Prancis dan saya tidak berpikir bahwa hari ini saya akan dihina [seperti ini] di Majelis Nasional,” kata Bilongo kepada wartawan setelah insiden itu.

Mathilde Panot, pemimpin kelompok sayap kiri Prancis Unbowed di Majelis Nasional, telah menuntut agar de Fournas menghadapi hukuman terberat bagi seorang anggota parlemen Prancis yaitu pengusiran. “Orang rasis seperti dia tidak punya tempat di parlemen kami,” cuit Panot.

Baca juga: China Blokir Tawaran India Lawan Teror Global dan Bantu Pakistan

De Fournas mengatakan bahwa dia merujuk pada para migran, men-tweet bahwa France Unbowed telah “membajak” kata-katanya dalam “manipulasi yang memalukan.” “Jawaban saya menyangkut kapal dan para migran, jelas bukan rekan saya,” cuitnya.

Menurut aturan fonetik Prancis, ada sedikit perbedaan yang terdengar antara kalimat, “Dia harus kembali ke Afrika” dan “Mereka harus kembali ke Afrika” seperti yang diungkapkan de Fournas. Marine Le Pen, pemimpin kelompok partai sayap kanan RN di majelis rendah Prancis, menyuarakan dukungan untuk de Fournas dalam sebuah tweet.

“Grégoire de Fournas jelas berbicara tentang para migran yang diangkut dengan kapal oleh LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang disebutkan rekan kami dalam pertanyaannya kepada pemerintah. Polemik yang dibuat oleh lawan politik kita kasar dan tidak akan menipu Prancis, ”tulisnya.

Baca juga: Kawal Peti Mati Ratu, Raja Charles dan William serta Harry Bersatu Kembali Dalam Kesedihan

Perdana Menteri lisabeth Borne mengatakan kepada wartawan setelah sesi bahwa “rasisme tidak memiliki tempat dalam demokrasi kita.” Parlemen akan mengadakan pertemuan hari Jumat (4/11/22) untuk memutuskan hukuman bagi de Fournas.

Pengusiran, hukuman terberat yang diberikan kepada seorang anggota parlemen dari parlemen, hanya dijatuhkan sekali selama Republik Kelima Prancis. Yaitu kepada seorang anggota parlemen komunis Maxime Gremetz karena mengganggu sesi parlemen pada tahun 2011, menurut afiliasi media. (cnn/hm09)

Related Articles

Latest Articles