12.8 C
New York
Tuesday, April 30, 2024

Psikolog Ana Estrada Meninggal Setelah Jalani Euthanasia Pertama di Peru

Lima, MISTAR.ID

Seorang wanita Peru yang menderita penyakit degeneratif, meninggal dunia dengan proses euthanasia (mati dengan bantuan) setelah perjuangan hukum panjang. Keputusan bersejarah itu memungkinkan wanita bernama Ana Estrada mengakhiri hidup dengan bantuan medis.

Wanita berusia 47 tahun itu sebelumnya mengidap penyakit langka polymyositis, yang tidak bisa disembuhkan. Penyakit ini telah menyebabkan kelemahan otot, selama tiga dekade terakhir. Dia terbaring di tempat tidur dan memerlukan ventilator untuk bernapas.

“Dia meninggal pada hari Minggu (21/4/24),” kata pengacaranya Josefina Miro Quesada, Senin (22/4/24) waktu setempat.

Baca juga: 12 Militan Tewas di Filipina Pasca Baku Tembak dengan Pihak Keamanan

Ana Estrada, seorang psikolog, mengajukan permohonannya mendapatkan euthanasia — yang ilegal di Peru–ke pengadilan pada tahun 2016. Pada tahun 2022, Mahkamah Agung negara Amerika Latin itu mengonfirmasi putusan yang memberi Estrada pengecualian untuk mengakhiri hidupnya.

“Estrada telah meninggalkan kita berterima kasih kepada semua orang yang membantu memberinya suara, yang bersamanya melalui pertarungan ini, dan yang mendukung keputusannya tanpa syarat, dengan cinta,” kata Miro Quesada.

Euthanasia ilegal di sebagian besar negara termasuk Peru, sebuah negara dengan penduduknya mayoritas penganut Katolik Roma. Di Amerika Latin, Kolombia, Ekuador, dan Kuba telah mengizinkan praktik tersebut dalam beberapa kondisi.

Dalam wawancara dengan Reuters setelah kemenangan pengadilan, Estrada mengatakan dia berharap kasusnya akan menetapkan preseden hukum untuk hak bunuh diri dengan bantuan.

Baca juga: Sakit Berkelanjutan Pasca Operasi Kelamin, Transgender di Kanada Ini Ajukan Permohonan Euthanasia

Di bawah hukum Peru, membantu bunuh diri seseorang dan membunuh pasien sakit parah dapat dihukum dengan waktu penjara.

Meskipun putusan Mahkamah Agung tidak melegalkan bunuh diri dengan bantuan, tapi memberikan pengecualian bagi dokter yang menyediakan obat untuk mengakhiri hidup Estrada dari hukuman apa pun.

“Akan tiba saatnya ketika saya tidak akan lagi bisa menulis, atau mengekspresikan diri. Tubuhku gagal, tapi pikiran dan semangatku bahagia. Saya ingin momen terakhir hidupku seperti ini,” kata Estrada saat itu. (Mtr/hm22)

Related Articles

Latest Articles