11.8 C
New York
Monday, May 6, 2024

Krisis Ekonomi Memburuk, Gubernur Bank Sentral Sri Lanka Mundur

Kolombo, MISTAR.ID

Krisis parah tengah melanda Sri Lanka dan membuat kondisi negara itu menjadi memanas. Di tengah kisruh tersebut, Gubernur Bank Sentral Sri Lanka atau Gubernur Central Bank of Sri Lanka (CBSL) mengajukan pengundurkan diri ke Presiden Gotabaya Rajapaksa.

Dilansir dari media, Selasa (5/4/22), Cabraal mengajukan pengunduran dirinya karena negara itu menghadapi krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dasawarsa. Pengumuman
Cabraal pun datang setelah pengunduran diri besar-besaran oleh para menteri pada jajaran kabinet.

Krisis valuta asing yang memicu krisis ekonomi terparah di negara itu telah membuat pemerintah tidak mampu membayar impor barang-barang penting. Salah satunya adalah bahan bakar. Negara kepulauan berpenduduk sekitar 22 juta orang ini menderita krisis ekonomi paling serius sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1948.

Baca juga: Sri Lanka Berlakukan Status Darurat, Medsos Diblokir

Tadinya, CBSL akan membuat keputusan soal penyesuaian suku bunga pada hari Selasa, tetapi pengumuman itu ditunda pada hari Senin malam tanpa memberikan tanggal baru untuk acara tersebut. Pengumuman itu disusul dengan pengunduran diri Cabraal. Lakshini Fernando, analis dari Asia Securities mengatakan saat ini bank harus menaikkan suku bunga utamanya setidaknya dua poin persentase. Hal itu dilakukan untuk menstabilkan Rupee Sri Lanka.

Mata uang lokal Rulee Sri Lanka telah kehilangan lebih dari 30% nilainya terhadap dolar AS sejak terdevaluasi bulan lalu. Fernando yakin pasar kemungkinan akan bereaksi positif terhadap pengunduran diri Cabraal. Sektor ekonomi Sri Lanka, menurutnya butuh kejelasan kebijakan saat ini.

“Kuncinya adalah siapa yang mengambil alih posisi itu pada saat ini. Kami jelas membutuhkan lebih banyak kejelasan tentang kebijakan untuk momentum yang lebih kuat,” kata Fernando. Sri Lanka juga menghadapi krisis ekonomi dan inflasi yang melonjak setelah negara itu secara tajam mendevaluasi mata uangnya bulan lalu. Hal itu dilakukan menjelang pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) mengenai skema bailout. (detik/hm09)

Related Articles

Latest Articles