23.4 C
New York
Monday, April 29, 2024

Ditampilkan di Jepang, Ketoprak Berjudul “Sekar Pembayun” Memperkenalkan Tokoh Yogyakarta

Tokyo, MISTAR.ID

Perdana, pergelaran seni tradisional Jawa, bernuansa drama ketoprak berjudul “Sekar Pembayun” yang disutradarai Bambang Paningron dipentaskan di di Theater X, Tokyo, Jepang. Kesenian itu digelar dua hari, pada 30-31 Mei 202.

Ketoprak “Sekar Pembayun” melibatkan dua koreografer (Galuh Setyarini dan Andhi Setiawan), tiga penari (Vita Rosanti, RR Bernadetta, Tirza Yoga), lima aktor (Brian Dhita, Damar Tri, Suyanto, Indarto, Arya Adhitya), pengatur panggung (Dionisius Aryo).

“Sekar Pembayun” baru dipentaskan di Jepang dan belum ditampilkan di Indonesia dan pertunjukan itu bertujuan untuk berbagi entitas budaya yang berbeda dengan budaya Jepang.

Baca Juga: Seniman Indonesia Ingin Ketoprak Satu Panggung dengan Kabuki Jepang

“Sebenarnya, kami tidak memiliki ekspektasi macam-macam. Selama kita bisa mementaskan ini, ini sudah bagus. Soal diterima atau tidak, itu bukan urusan kami. Pasti ada yang paham, menerima, atau (ada juga yang) enggak paham. Kami sudah senang dengan bisa tampil,” katanya.

Dalam drama tersebut menceritakan kisah Panembahan Senopati sebagai Raja Mataram yang termasyhur pada abad ke-16. Kisah yang diangkat merupakan cerita yang sangat terkenal di Yogyakarta dan menggambarkan entitas budaya di sana. Bahkan tokoh-tokoh dalam lakon itu dimakamkan di daerah istimewa itu.

Cerita Raja Mataram di masa itu sungguh tragis. Ia rela mempertaruhkan apa pun, termasuk anak kandungnya, demi kekuasaan.

“Ini cerita yang paling kuat karena membawa semangat Yogyakarta. Tidak ada cerita yang lebih penting dari cerita ini di Yogyakarta,” katanya.

Baca Juga: Gerundelan Rakyat Ala Ketoprak DOR Oleh : J Anto

Dia mengaku tidak ingin hanya menampilkan intrik dan politik kekuasaan, tetapi juga memberikan pesan bahwa sejarah masa lalu memiliki pengaruh besar pada suatu bangsa.

Kebencian dan dendam tidak semestinya muncul pada generasi-generasi masa depan, kata Bambang. Karena alasan itulah pertunjukan dikemas selama 45 menit dan tidak hanya menampilkan beragam adegan, tetapi juga diiringi tembang dan tarian.

Selain memberikan hiburan yang tidak terlalu berat, pertunjukan itu juga diharapkan agar penonton Jepang bisa memahami alur cerita yang dituturkan dalam Bahasa Jawa.

Pertunjukan yang dipersiapkan hanya tiga bulan itu, menurut dia mendapat antusiasme dari penonton yang sebagian besar warga Jepang. Banyak di antara penonton merupakan pekerja seni di bidang tari, peran dan lainnya.(antara/hm17).

Related Articles

Latest Articles