23.4 C
New York
Monday, April 29, 2024

Alasan Banyak Masyarakat Thailand Ogah Punya Anak

Bangkok, MISTAR.ID

Data menunjukkan bahwa angka kelahiran di Asia Tenggara, termasuk Thailand, mencapai rekor terendah dalam 74 tahun pada tahun 2022. Konsekuensinya, jumlah populasi lanjut usia semakin meningkat, dengan lansia mencapai seperlima dari total penduduk Thailand.

Tren penurunan angka kelahiran ini memiliki dampak serius di Thailand. Jika terus berlanjut, populasi Thailand yang kini berjumlah 66 juta jiwa diperkirakan akan berkurang setengahnya sebelum pergantian abad. Dampaknya akan meluas ke sektor ekonomi, layanan kesehatan, dan pembangunan.

Salah satu masyarakat Thailand, Phanpaka Harworth, seorang wanita berusia 39 tahun yang sudah menjadi dosen di salah satu universitas Thailand, berpendapat bahwa membesarkan anak dapat merugikan perkembangan karier.

“Jika saya harus membesarkan seorang anak di negara ini, saya akan sangat kelelahan dalam banyak hal. Dukungan pemerintah kurang baik, dan kondisi sosial serta lingkungan hidup tidak kondusif,” katanya, Minggu (17/12/23).

Baca juga: Lima Warga Tewas Dalam Banjir Dipicu Hujan Deras di Thailand

Ahli demografi setempat menekankan bahwa penanggulangan krisis ini memerlukan kesadaran masyarakat, perubahan pola pikir, dukungan lintas sektor, dan implementasi tindakan-tindakan yang tepat dalam waktu yang singkat.

“Upaya untuk menahan penurunan angka kelahiran memerlukan perencanaan matang, keterlibatan semua pihak, baik pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat,” katanya.

Menanggapi masalah ini, Perdana Menteri Srettha Thavisin menyadari populasi dan konsekuensi jangka panjangnya terhadap produktivitas diharapkan dapat segera ditangani.

Saat menjabat pada bulan September, Cholnan Srikaew, Menteri Kesehatan Masyarakat, juga menyoroti urgensi prokreasi untuk meningkatkan daya saing negara dan berkomitmen untuk mengintegrasikan promosi kelahiran ke dalam agenda nasional.

Related Articles

Latest Articles