10.4 C
New York
Sunday, April 28, 2024

Diduga Salah Suntik Akibatkan Kematian, RSU Eshmun Marelan Dilaporkan ke Polisi

Belawan, MISTAR.ID

Diduga salah memberikan obat suntik kepada seorang pasien hingga mengakibatkan meninggal dunia, RSU Eshmun Marelan dilaporkan ke Polsek Medan labuhan. Korban bernama Sakti Fernando Napitupulu (35 th) warga Pasar 1 Tengah, Gang Amal 3, Kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan Medan Marelan merupakan korban kecelakaan lalu lintas disuntik oleh pihak medis RSU Eshmun Marelan. Untuk megetahui penyebab kematian tersebut pihak Polisi telah membawa jenazah korban untuk diautopsi ke RS Bhayangkara Medan.

Kakak kandung korban yang ditemui di rumah duka, Natalia Napitupulu, mengatakan sebelumnya mereka telah melarang dokter untuk tidak menyuntik antibiotik ke adiknya, sebab adiknya alergi dengan suntikan antibiotik.

“Ada alergi obat buk, kata dokternya. Ada, kami bilang. Dan langsung kami larang tidak disuntikkan antibiotik itu. Tapi disuntik juga, dan setelah disuntik mereka bilang enggak sengaja. Tak berapa lama, adik kami kejang-kejang dan meninggal dunia,” ujar Natalia dengan nada sedih.

Baca juga:Manfaat Daun Cheri, Salah Satunya Obat Asam Urat

Informasi yang diperoleh awak media kamis (17/2/22)menyebutkan bahwa adiknya dibawa ke rumah sakit selasa (15/2/22) karena mengalami kecelakaan lalu lintas saat pergi kerja yang sehari-hari berprofesi sebagai satpam di Bank Mestika Jalan Krakatau Medan.

“Saat melintas di Jalan Bawal Titi Papan, adik saya menabrak mobil yang sedang berhenti hingga terjatuh. Akibatnya, tangan korban menderita luka lecet,” tuturnya.

Kondisi adiknya hanya mengalami luka lecet, lalu menelepon ibunya agar segera dijemput untuk dibawa pulang. Setibanya di rumah, keluarga menyarankan agar adiknya dibawa berobat ke rumah sakit, namun sempat menolak dengan alasan dirinya hanya menderita luka lecet di tangan kanan.

“Karena terus didesak oleh ibu, untuk memastikan apakah ada luka di bagian kepala, korban akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Eshmun dan masuk ke Ruang UGD,” ungkap Natalia.

Sesampainya di Ruang UGD, sebelum diinfus, adiknya sempat memberitahukan kepada perawat bahwa dirinya alergi antibiotik. Seorang perawat wanita datang dan memasukkan antibiotik ke dalam infus.

“Lima menit setelah antibiotik disuntikkan ke dalam infus, adik saya langsung kejang-kejang, kami langsung memanggil perawat. Awalnya para perawat terlihat cuek. Setelah kami ributin, barulah perawat menyuntikkan obat penetralisir ke dalam infus,” sebutnya.

Setelah diberikan obat penetralisir, dirinya sempat menanyakan kepada perawat, obat apa yang disuntikkan tersebut dan dijawab perawat obat lambung.

“Korban tidak punya riwayat sakit lambung namun diberikan obat penetralisir sakit. Saat saya tanya mana bekas obatnya, perawat bilang sudah dibuang,” tutur Natalia.

Baca juga:Terduga Jambret Tewas Dimassa di Percut Sei Tuan, 8 Warga Diamankan

Sekitar dua jam kemudian, korban akhirnya meninggal dunia. Pihak keluarga pun membuat laporan pengaduan ke Polsek Medan Labuhan sehingga korban dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk diotopsi.

Ketika masalah itu dikonfirmasi ke RSU Eshmun, petugas keamanan mengaku direktur tidak berada di tempat, sehingga tidak ada yang bisa memberikan keterangan. Kemudian, Direktur RSU Eshmun Rudy dikonfirmasi via telepon sempat mengangkat, namun tidak mau memberikan keterangan. “Halo, halo, halo,” katanya dari seberang telepon setelah mengetahui wartawan yang menghubunginya.

Kanit Reskrim Polsek Medan Labuhan, AKP Andi membenarkan kasus itu telah dilaporkan. “Sudah kita terima laporannya dan masih kita tangani,” katanya. (kamaluddin/hm06)

Related Articles

Latest Articles