Tantangan Berat Industri Otomotif 2025, Ini Sebabnya
Ilustrasi industri otomotif. (f:ist/mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Industri otomotif menghadapi tantangan berat pada 2025 akibat kebijakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% serta penerapan opsen pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB).
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenperin, Setia Darta, mengungkapkan bahwa sektor ini telah terkontraksi 16,2% pada 2024 akibat melemahnya daya beli dan kenaikan suku bunga kredit kendaraan bermotor.
Setia menyebut, industri otomotif diproyeksikan mengalami penurunan kontribusi sebesar Rp4,21 triliun pada 2024. Dampaknya turut dirasakan pada sektor hulu (backward linkage) sebesar Rp4,11 triliun dan hilir (forward linkage) sebesar Rp3,51 triliun.
“Melihat tantangan ini, Kemenperin mengajukan sejumlah insentif seperti PPnBM ditanggung pemerintah untuk kendaraan hybrid sebesar 3%, PPN DTP kendaraan listrik hingga 10%, serta relaksasi opsen PKB dan BBNKB,” ungkap Setia dalam Forum Wartawan Industri (Forwin), Selasa (14/1/25) dilansir Detik.
Hingga kini, 25 provinsi termasuk Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Utara telah menerapkan regulasi relaksasi pajak untuk mendukung keberlanjutan industri otomotif.
Sementara itu, Direktur Deregulasi Penanaman Modal Kementerian Investasi, Dendy Apriadi, melaporkan bahwa investasi sektor otomotif tumbuh 43% dalam lima tahun terakhir. Hingga September 2024, investasi mencapai Rp31,7 triliun, mayoritas dari penanaman modal asing (PMA). Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok menjadi investor terbesar.
Di sisi lain, Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, menargetkan penjualan kendaraan bermotor pada 2025 mencapai 850 ribu unit. Namun, angka ini berpotensi terkoreksi hingga 750 ribu unit akibat tantangan pajak dan perekonomian yang belum stabil.
Penjualan kendaraan listrik (EV) diperkirakan terus tumbuh pada 2025. “Dukungan kebijakan insentif sangat penting untuk menjaga pertumbuhan sektor ini. Dengan peningkatan penjualan, industri komponen, perbankan, hingga lembaga pembiayaan akan ikut menggeliat,” ujarnya. (dtc/hm25)