12.5 C
New York
Sunday, May 5, 2024

Surplus Perdagangan Indonesia Turun di Juli 2023

Jakarta, MISTAR.ID

Surplus perdagangan Indonesia untuk bulan Juli 2023 menurun dibandingkan bulan yang sama tahun lalu dengan hanya mencatat $1,31 miliar.

Badan Pusat Statistik (BPS), Selasa (15/8/23) mengatakan, surplus ini terdiri dari surplus sektor nonmigas senilai US$ 3,22 miliar, namun sektor migas mengalami defisit sebesar US$ 1,91 miliar.

Pada bulan Juli 2023, nilai ekspor Indonesia mencapai US$20,88 miliar, mengalami kenaikan sebesar 1,36% dari Juni 2023. Namun, terjadi penurunan sebesar 18,03% jika dibandingkan dengan Juli 2022.

Baca Juga: Efek Ekonomi China Lesu, Rupiah Melemah ke Rp15.315 per Dolar

Sementara itu, nilai impor Indonesia pada Juli 2023 mencapai US$19,57 miliar, naik sebesar 14,10% dari bulan Juni 2023, namun mengalami penurunan sebesar 8,32% jika dibandingkan dengan Juli 2022.

Seperti dilansir dari laman Beritasatu, Pelaksana Tugas Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa pada bulan Juli 2023, surplus sebesar US$1,31 miliar ini artinya, Indonesia memiliki surplus neraca perdagangan selama 39 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Surplus ini lebih banyak didukung sektor nonmigas, yaitu sebesar US$3,22 miliar.
Beberapa komoditas yang mendukung surplus ini termasuk bahan bakar mineral seperti batubara, minyak nabati seperti CPO, dan produk besi dan baja.

Baca Juga: Pengendalian Inflasi dan Stabilitas Ekonomi, Kapoldasu Soroti 1,2 Juta Pengangguran di Sumut

Namun, sektor migas mengalami defisit sebesar US$1,91 miliar pada bulan Juli 2023. Minyak mentah dan produk-produk minyak menjadi penyumbang utama defisit dalam sektor ini.

Secara keseluruhan, dari Januari hingga Juli 2023, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$21,24 miliar. Meskipun terdapat surplus, terjadi penurunan sebesar US$7,88 miliar dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Tiga negara yang memberikan kontribusi surplus terbesar pada bulan Juli 2023 adalah India (US$1,4 miliar), Amerika Serikat (US$1,1 miliar), dan Filipina (US$718,6 juta). Sementara itu, tiga negara yang mengalami defisit terbesar pada bulan yang sama adalah Tiongkok (US$621 juta), Australia (US$549,3 juta), dan Jerman (US$459 juta).

Amalia menjelaskan, defisit terbesar dengan China disebabkan impor barang mesin, peralatan mekanik dan elektrik, serta produk plastik. (Mtr/hm22)

Related Articles

Latest Articles