Mogadishu, MISTAR.ID
Di sela-sela KTT Rusia-Afrika di St. Petersburg, pejabat negara Tanduk Afrika mengatakan bahwa Rusia memberikan keringanan dari hutang Somalia senilai 684 juta dolar AS (sekitar Rp10,32 triliun).
Dibantu oleh Prakarsa Negara-Negara Miskin Berutang Berat (HIPC) yang diberikan oleh Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF), Somalia berusaha untuk mengurangi utang luar negerinya setelah beberapa dekade perang saudara.
Menteri Keuangan Somalia Bihi Egeh, dalam unggahan di laman Facebook kementerian, menyatakan bahwa langkah ini akan berkedudukan penting dalam menyelesaikan proses penghapusan utang negara.
Baca juga : PBB Tuding Rusia Halangi Bantuan Kemanusiaan ke Ukraina
Wakil Perdana Menteri Somalia Ahmed Jama memberi tahu media resmi Rusia RIA Novosti bahwa perjanjian yang ditandatangani pada Rabu (26/7/23) antara Egeh dan Wakil Menteri Keuangan Rusia Timur Maksimov terkait dengan pinjaman Paris Club.
Menurut Jama, dengan perjanjian ini, sebagian utang Somalia akan dihapus segera, dan sebagian lainnya akan dikenakan penjadwalan pembayaran utang.
Presiden Rusia Vladimir Putin memanfaatkan KTT di St. Petersburg untuk meningkatkan hubungan dengan negara-negara Afrika dan menentang upaya Barat untuk mengisolasi Moskow sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina.
Pada Kamis (27/7/23), Putin memberi tahu para pemimpin Afrika bahwa dia akan memberikan mereka puluhan ribu ton biji-bijian dalam waktu beberapa bulan, terlepas dari sanksi yang dikenakan Barat, yang dia anggap mempersulit Moskow untuk mengekspor biji-bijian dan pupuk.
Baca juga : Gara-gara Typo, Kemenhan Inggris Kirim Email Berisi Informasi Rahasia ke Sekutu Rusia di Afrika
Pada Oktober 2022, IMF menyatakan bahwa Somalia dapat menyelesaikan titik proses HIPC pada akhir 2023 jika negara itu terus membuat kemajuan yang konsisten dalam reformasinya. Ini akan memungkinkan negara itu mengurangi utangnya menjadi sekitar 550 juta dolar AS (Rp8,29 triliun) dari 5,2 miliar dolar AS (Rp78,44 triliun).
IMF menyatakan bahwa Somalia berutang kepada Moskow nyaris 695 juta dolar AS (Rp10,48 triliun). (Reuters/hm19)
