15.4 C
New York
Thursday, May 16, 2024

Soal Imbas Rupiah Anjlok ke Rp16.000, Begini Kata Analis dan Bankir

“Bagi bank tentu yang utama adalah ancaman peningkatan NPL [nonperforming loan/NPL] yang dapat menggerus laba bank,” katanya, Senin (15/4/24).

Sebelumnya, Senior Faculty LPPI Amin Nurdin juga mengatakan lesunya rupiah mampu menyengat bank-bank yang punya kepentingan atau portofolio bisnis luar negeri yang banyak.

“Bank-bank yang terkait aktivitas treasury, trade financing, aktivitas international banking, portofolionya di valuta asing besar, ini rawan terdampak,” tuturnya.

Menurutnya, rata-rata bank yang mempunyai portofolio bisnis luar negeri besar adalah bank-bank jumbo. Meski begitu, bank-bank lainnya bisa saja terdampak. Pelemahan ini bisa menyengat sektor riil yang lekat dengan depresiasi nilai tukar rupiah.

Baca juga : Mata Uang Rupiah Melemah, IHSG Berpotensi Terkoreksi

“In the long run akan hit juga ke sektor keuangan, karena ekonomi kita itu 70% sangat tergantung ke industri jasa keuangan khususnya perbankan. Jadi bisa berdampak juga ke bank,” ujarnya.

Dia mencontohkan debitur dari sektor riil yang aktif menjalankan bisnis impor, akan sulit membayar kredit perbankan saat rupiah melemah. Hal ini mempengaruhi pula kondisi rasio kredit bermasalah alias NPL perbankan.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Darmawan Junaidi juga sempat menilai bahwa lesunya rupiah berpotensi meningkatkan risiko kredit pada debitur dengan pinjaman valuta asing.

Dia menyebut untuk bisa mengantisipasi risiko ini, perbankan mesti memonitor secara disiplin debitur valuta asing yang pendapatannya dalam rupiah untuk memastikan kemampuan membayar atau repayment capacity dari debitur.

“Karena secara ekuivalen rupiah, maka nilai kewajiban debitur menjadi semakin besar, tapi kami sudah memperhitungkan, di mana sebagai langkah antisipatif, kami punya early warning system untuk mendeteksi potensi penurunan kinerja debitur,” tandasnya. (bisnis/hm18)

Related Articles

Latest Articles