29.9 C
New York
Monday, July 15, 2024

Pengamat: Kenaikan Harga Sawit Belum Bisa Buat Petani Sumringah

Simalungun, MISTAR.ID

Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun terus mengalami kenaikan.

Eko Manurung, salah seorang pemilik ram (timbangan digital untuk menimbang kendaraan pengangkut kelapa sawit) di Kecamatan Tanah Jawa mengatakan, awal Juni 2024 lalu harga TBS masih di angka Rp 2.060 per kg.

Namun pada pertengahan Juni, harga perlahan naik menjadi Rp 2.100 lebih, dan akhir bulan Juni naik lagi menembus Rp 2.120 per kg. Dan saat ini pada bulan Juli harga sudah Rp 2.180 lebih per kg.

Baca juga:Harga TBS Kelapa Sawit di Tanah Jawa Anjlok di Tingkat RAM Rp1.700/kg

“Satu bulan terakhir ini harga sawit terus mengalami kenaikan, yakni awal bulan Juni dan memasuki Juli sudah Rp 2.180 lebih per kg,” katanya kepada mistar.id, Jumat (12/7/24).

Kenaikan harga sawit ini, lanjut Eko, otomatis menjadi kabar baik bagi para petani di daerah itu, karena mayoritas adalah petani sawit.

Kendati harga sawit terus mengalami kenaikan, namun untuk hasil produksi saat ini mengalami penurunan.

Sementara itu, salah seorang petani sawit, Wagiran mengaku gembira dengan kenaikan harga tersebut.

Baca juga:PTPN 2 Gelar Malam Apresiasi Kinerja, Pencapaian Produksi Kelapa Sawit Naik

“Kalau harga sawit di tingkat petani saat ini sudah tinggi di atas Rp 2.100-2.180 per kg,” kata warga Bosar Galugur itu.

Meskipun harga tinggi, namun hasil panen sawit saat ini turun drastis dari sebelumnya, karena hampir seluruh tanaman masih trek.

“Sawitnya masih trek buahnya sedikit. Sebelumnya hasil sawit per hektar mencapai 1 ton sekali panen, tapi saat ini sekitar 800-600 per kg,” pungkasnya.

Terpisah, Pengamat Ekonomi dari Universitas Simalungun (USI), Darwin Damanik mengatakan, kenaikan harga saat ini masih belum kecil kenaikannya. Kenaikan ini terkait dengan harga Crude Palm Oil (CPO) yang meningkat. Begitu juga permintaan yang meningkat tajam.

Baca juga:Harga Sawit di Tanah Jawa Simalungun Merosot Rp2.120 per Kilogram

“Kenaikan ini belum bisa membuat sumringah petani, dikarenakan harga yang belum cocok dibandingkan di pasaran,” jelasnya.

Darwin mengatakan, pada praktiknya di lapangan menunjukkan masih banyak petani swadaya lebih sering menjual TBS ke tengkulak, dan menerima harga lebih rendah dari yang ditentukan pemerintah.

Related Articles

Latest Articles