23.5 C
New York
Sunday, June 30, 2024

Kemenkeu: Belum ada Pembahasan Harga BBM Subsidi Naik

Jakarta, MISTAR.ID

Walaupun nilai tukar rupiah tengah tertekan oleh dolar AS, pihak pemerintah lewat Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menuturkan belum melaksanakan pembahasan perihal kemungkinan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi.

Diakui Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu, Isa Rachmatarwata, kurs rupiah memang melonjak signifikan. Kemenkeu mencatat, realisasi kurs rupiah hingga penghujung Mei mencapai Rp 16.379 per dolar AS. Nilai ini lebih tinggi dari perkiraan makro yang ditetapkan di APBN 2024, yakni Rp 15.000 per dolar AS.

“Kita terus mengamati pergerakan harga ini. Hingga kini memang kurs melonjak cukup signifikan,” sebut Isa melalui konferensi pers APBN KiTa, pada Kamis (27/6/24).

Baca juga:Harga BBM Naik Juli Ini?, Simak Penjelasan Menko Perekonomian

Akan tetapi perangkat pembentuk harga BBM subsidi lain, seperti harga minyak mentah Indonesia (ICP) dinilai masih terjaga. Sesuai data Kemenkeu, realisasi ICP sampai Mei hingga 79,78 dolar AS per barrel, lebih rendah dari asumsi pemerintah sebesar 82 dolar AS per barrel.

Lanjut Isa, realisasi penyaluran subsidi energi masih berada dalam kisaran yang telah disiapkan APBN. Kemenkeu pun belum melakukan pembicaraan perihal kemungkinan kenaikan harga BBM subsidi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

“Hingga kini belum ada pembahasan perihal kemungkinan kenaikan harga BBM bersama Kementerian ESDM,” ujarnya.

Baca juga:Pemerintah Pastikan Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni, Meski Harga Minyak Dunia Bakal Naik

Di saat tekanan nilai tukar rupiah, menurut Isa, sekarang ini penggunaan BBM subsidi telah dapat dikendalikan. Itu juga mendukung pemerintah menjaga dana subsidi energi tak ‘membengkak’.

Menjadi informasi, realisasi belanja subsidi energi sampai Mei lalu mencapai Rp 56,9 triliun. Tertulis realisasi belanja subsidi terhadap BBM turun 1 persen menjadi 5,57 juta kiloliter.

Sedangkan belanja subsidi untuk elpiji 3 kilogram (kg) melonjak 1,9 persen menjadi 2,7 juta metrik ton. Terakhir, subsidi listrik berkembang 3,1 persen terhadap 40,4 juta pelanggan. (kcm/hm16)

Related Articles

Latest Articles