Serdang Bedagai, MISTAR.ID
Para petani organik terus berupaya meminimalisir penggunaan bahan kimia untuk mewujudkan ekonomi hijau (green economy).
Seperti yang dilakukan penggiat petani bernama Jumino. Ia sudah merintis hal ini sejak 2016 silam. Ia mengembangkan lahan pertanian organiknya dengan memanfaatkan kotoran ternak.
Menurutnya, sistem ini jauh lebih sehat dan menguntungkan dibanding penggunaan pupuk kimia.
“Tujuan awal saya adalah kesehatan, dalam pertanian organik ini menimbulkan efek yang baik karena tidak merusak alam dan lingkungan sehingga membuat saya tertarik,” ujarnya saat ditemui mistar.id di lahan pertaniannya, Jambur Pulau, Serdang Bedagai, Kamis (31/10/24).
Baca juga: Harga TBS Sawit di Tanah Jawa Menguat Hari Ini
Walau baru aktif bertani organik pada tahun 2018, Jumino tak berhenti mempelajari berbagai validitas sistem penerapan organik yang baik di Pulau Jawa.
“Dari mulai ke Salatiga, Boyolali, Banyuwangi dan sampai ke Palembang saya belajar memperdalam apa yang harus diberikan pada penanaman padi organik,” katanya.
Jumino menjelaskan, setiap tumbuhan memiliki cara yang sama untuk berkembang. Namun, yang membedakan antara penanaman padi organik dan konvensional adalah pada pemberian Nitrogen, Fosfor (Phospor), dan Kalium atau NPK.
“Kalau dalam pertanian konvensional NPK nya berada dalam pupuk tapi kalau organik dihasilkan secara alami. Pada tanaman padi ini membutuhkan Nitrogen (air) sampai 60 persen sedangkan untuk kekokohan membutuhkan Fosfor (P) sekitar 10 persen saja sebagai penguatan akar,” jelasnya.
Baca juga: Dolar AS Makin Perkasa Terhadap Rupiah
“Sementara Kalium (K) saya mendapatkannya dari kotoran kambing dan dibutuhkan 30 persen, N lebih banyak karena untuk pertumbuhan, K lebih banyak dari pada P karena K dibutuhkan untuk pertumbuhan batang dan buah serta daun,” tambahnya.
Menurutnya, untuk mempertahankan ketahanan pangan dan lingkungan, cara ini merupakan sistem yang sesuai untuk di kembangkan dalam mewujudkan ekonomi hijau.
Lebih lanjut dijelaskannya, dosis penggunaan pupuk kimia akan terus meningkat setiap tahunnya untuk lahan yang sama, seiring menurunnya kualitas komponen tanah.
“Walaupun membutuhkan waktu yang lama dalam sistem organik tapi struktur tanah tidak terganggu dan terus berkembang sehingga pada tahun-tahun berikutnya kita tak perlu lagi mengeluarkan banyak uang untuk membeli pupuk dan pestisida,” jelasnya. (dinda/hm25)