21.4 C
New York
Friday, May 3, 2024

Gapkindo Sumut Sebut Harga Karet Masih Sulit Naik

Medan, MISTAR.ID

Gabungan Perusahaan Karet Indonesia atau Gapkindo memperkirakan harga karet masih sulit bergerak naik akibat stabilitas perekonomian dunia, utamanya dari negara konsumen utama karet alam.

“Harga karet masih sulit naik karena pengaruh dari stabilitas perekonomian dunia, utamanya dari negara konsumen utama karet alam. Perang dagang antara negara konsumen utama karet alam juga turut mempengaruhi harga karet,” sebut Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumatera Utara (Sumut) Edy Irwansyah melalui keterangan tertulisnya, Jumat (14/11/22).

Faktor lain yang mempengaruhi harga karet, tambah Edy, adalah perjanjian dagang yang melibatkan WTO, FTA, AFTA, TPP dan lainnya. Selain itu, faktor supply dan demand juga ikut mempengaruhi.

“Ditambah lagi pengaruh geopolitik dari negara konsumen dan produsen utama karet alam. Jadi memang cukup kompleks faktor-faktor yang mempengaruhi harga karet saat ini,” jelas Edy.

Baca Juga:Kebun Penara Tanjung Garbus Sejak Awal Diklaim Kebun Karet PTPN 2

Edy mengatakan, masalah harga minyak mentah dunia juga ikut berkontribusi pada pergerakan harga karet.

“Karena minyak mentah sebagai bahan baku karet sintetis, jadi fluktuasi harganya akan mempengaruhi harga karet alam,” jelasnya.

Jika merujuk pada grafik harga TSR20, harga tertinggi pernah dicetak pada tahun 2011 lalu di mana harganya mencapai US$ 575 Sen/kg.

Tapi menurut Edy, untuk saat ini sangat sulit untuk bisa mendekati harga tersebut. Apalagi dengan banyaknya faktor yang mempengaruhi pergerakan harga karet di pasar internasional.

Baca Juga:Ekspor Karet Sumut Naik 7,5 Persen Pada Desember 2021

Diketahui, pada pekan ini harga karet dikisaran Rp7.000-Rp8.000 per kg, sementara pada pekan lalu harga karet dikisaran Rp9.000.

Menurut pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin, harga karet yang dalam enam bulan terakhir mengalami pelemahan utamanya dipicu oleh melemahnya penjualan kendaraan bermotor.

Ditambah lagi ada kebijakan isolasi yang dilakukan oleh China sebelumnya, guna meredam penyebaran Covid-19.

“Kebijakan tersebut berimbas pada penurunan permintaan karet dunia yang turut memicu penurunan harga. Dan belakangan ini pasar juga dikuatirkan dengan adanya resesi yang mulai terjadi di sejumlah negara,” sebutnya.

Baca Juga:Ekspor Karet Sumut Anjlok di April

Gunawan mengatakan, data menunjukan tekanan pada harga karet itu sangat terlihat saat Rusia melakukan operasi militernya di Ukraina.

Ke depan, perang akan tetap menjadi sentimen negatif bagi harga karet. Sementara itu, resesi akan menjadi ancaman terbesar bahwa karet masih akan dibayangi koreksi.

Secara teknikal, harga karet di tahun ini cukup berpeluang untuk terkoreksi hingga ke level US$89 sen/kg.

“Begitupun, kita tentunya berharap harga karet masih bisa bertahan di level sekarang, dengan mengandalkan sisi fundamental yang mampu menopang harga karet. Meskipun sejauh ini harapan tersebut belum terlihat seiring dengan tensi geopolitik yang memburuk serta adanya ancaman resesi ekonomi global,” beber Gunawan.(anita/hm10)

Related Articles

Latest Articles