Medan, MISTAR.ID
Perekonomian Indonesia dipastikan sedang tidak baik baik saja. Ini bukan horor yang menakutkan tetapi kewaspadaan yang harus terus ditingkatkan. Kenaikan harga beras yang cukup signifikan dari bulan ke bulan seperti deret ukur yang grafiknya terus melejit.
Harga beras terpantau masih melanjutkan kenaikan. Panel Harga Badan Pangan pada Kamis (21/9/23) menunjukkan harga beras medium naik Rp130 ke rekor Rp12.980 per kg dan beras premium naik Rp200 ke Rp14.580 per kg.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Aida S Budiman, kenaikan harga beras saat ini dipengaruhi musim dan fenomena iklim El Nino.
“September ini saja harga beras sudah naik 4,4%,” kata Aida, Senin (26/9/23).
Pengamat ekonomi menyebutkan Indonesia tengah menghadapi kondisi siklus bisnis yang berkelanjutan. Terkadang ekonomi akan membaik, tapi tak bisa pula dihindari akan terjadi kelesuan dalam perekonomian. Hal ini ditambah lagi dengan aturan yang diberlakukan oleh pemerintah. Seperti kebijakan menaikkan pajak karbon.
Baca juga:Â Redam Harga Beras, Pemko Siantar Gelar Pasar Murah Hingga 27 September
Menurut Pakar Ekonomi Sumatera Utara (Sumut), Wahyu Ario Pratomo mengatakan kenaikkan pajak karbon memang bagian dari kebijakan yang tujuannya meningkatkan kesehatan dan mengurangi belanja kesehatan pemerintah. Di sisi lain, adanya kontribusi terhadap peningkatan pendapatan dari cukai dan pajak.
Kelesuan ekonomi tentu saja berdampak bagi pengusaha ditambah lagi kenaikan UMP/UMK juga tidak bisa dihindari selama masih terjadi kenaikan inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Karena ada rumusan perhitungan UMP/UMK yang memakai variabel tersebut yang telah ditetapkan dalam peraturan/perundangan.
“Artinya, perusahaan sekarang memang dibebani dengan sejumlah faktor yang menjadi tantangan untuk perkembangan usahanya, termasuk kompetisi dan disrupsi yang semakin besar, yang menyebabkan mereka harus memiliki strategi agar dapat bersaing,” kata Praktisi Universitas Sumatera Utara (USU) ini, Senin (25/9/23).
