9.3 C
New York
Saturday, May 4, 2024

Akibat Konflik AS dan China Makin Tegang, Rupiah Loyo

Jakarta, MISTAR.ID
Pergerakan rupiah sepekan ini cenderung menyamping dengan volatilitas tinggi, dengan penguatan 3 hari berturut-turut dan bahkan sempat mencicipi level psikologis 13.000 sebelum terkena aksi jual pada perdagangan terakhir pekan ini.

Namun pada, Sabtu (23/1/21), Mata Uang Garuda bertengger di level 14.020 per dolar AS, atau melemah 0,29% secara harian. Secara mingguan, rupiah juga terdepresiasi, yakni sebesar 0,07% dibandingkan dengan posisi akhir pekan lalu pada Rp 14.010 per dolar AS. Lemahnya rupiah ini dikarenakan kecemasan ketegangan antara AS dan China.

Penguatan rupiah terjadi 3 hari beruntun dari Selasa hingga Kamis, dengan akumulasi apresiasi sebesar 0,57% menjelang pelantikan

Baca Juga:IHSG dan Rupiah Ditutup Mengecewakan

Tambahan stimulus berarti tambahan uang beredar yang secara teoritis menekan nilai dolar AS. Meski demikian, pada akhir pekan rupiah justru terkoreksi di tengah penguatan kembali dolar AS, terlihat dari reli indeks dolar sebesar 0,1% ke 90,209.

Indeks dollar merupakan acuan pergerakan mata uang dolar AS terhadap enam mata mitra dagang utamanya. Penguatan tersebut terjadi setelah China dilaporkan gagal memenuhi target pembelian produk AS yang ditetapkan pada perjanjian dagang fase I.

Data Peterson Institute for International Economics menyebutkan China sepanjang 2020 mengimpor barang AS senilai US$ 100 miliar, atau hanya 58% dari target sebesar US$ 173,1 miliar. Hal ini memicu kecemasan masih bakal panasnya hubungan AS-China.

Baca Juga:Rupiah dan IHSG Nyaris Tidak Bergerak

Para calon menteri Biden juga menunjukkan sikap keras terkait China. Janet Yellen, calon menteri keuangan AS, saat sidang konfirmasi pencalonannya di hadapan Senat masih menunjukkan sikap keras terhadap China.

“Kita perlu menghentikan praktik kejam, tidak adil, dan ilegal China,” kata Yellen sebagaimana diberitakan CNBC International, Selasa (19/1/21). “China meremehkan perusahaan Amerika dengan praktik dumping, membuat hambatan perdagangan, dan memberikan subsidi ilegal kepada perusahaan.”(cnbc/hm10)

Related Articles

Latest Articles