Peringati Hari Kartini, Permampu Dorong FKPAR Mandiri


Tangkapan layar kegiatan konsorsium PERMAMPU dan FKPAR. (f:ist/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Dalam memperingati Hari Kartini, Konsorsium Perempuan Sumatera Mampu (Permampu) menggelar perayaan dan konsolidasi Forum Komunitas Perempuan Akar Rumput (FKPAR) se-Sumatera. Kegiatan yang berlangsung secara hybrid ini digelar di 33 titik Zoom dari 8 provinsi.
Koordinator Permampu, Dina Lumbantobing menyampaikan selain menjadi refleksi terhadap perjuangan Kartini, kegiatan ini juga menjadi ruang penguatan kapasitas organisasi FKPAR agar semakin mandiri dan inklusif dalam memperjuangkan hak-hak perempuan akar rumput.
"Berangkat dari sejarah perjuangan Kartini, kita tahu bahwa Kartini merupakan pejuang emansipasi perempuan. Namun, ironisnya ia sendiri menjadi korban kematian ibu saat melahirkan,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Mistar, Rabu (23/4/2025).
Hal ini, menunjukkan tantangan perempuan masih besar, terutama di bidang kesehatan reproduksi. Ia juga menyoroti tingginya angka kematian ibu (AKI) di Sumatera, dengan Aceh mencatatkan kasus terbanyak mencapai 201, Sumatera Utara 195 kasus, dan Lampung 192 kasus.
“Demikian pula dengan perlawanan Kartini terhadap poligami, tetapi dirinya sendiri terpaksa menjadi istri ketiga, demi ayahnya,” tutur Dina.
Menurut Dina, wilayah 3T seperti Nias, Mentawai, dan Pesisir Barat juga disoroti karena keterbatasan akses pendidikan dan kesehatan. Sementara itu, partisipasi perempuan dalam dunia kerja dinilai masih terkendala oleh beban ganda yang belum terbagi secara adil di ranah domestik.
Selain itu, data dari WCC Sinceritas PESADA menunjukkan 42 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Sumatera Utara di triwulan pertama 2025. Kasus tertinggi adalah KDRT dan pelecehan seksual terhadap anak, termasuk perkawinan usia di bawah 19 tahun. Di Bengkulu, kasus kematian ibu dan anak juga meningkat, mencapai 82 kasus pada 2024.
Sebagai tindak lanjut dari konsolidasi ini, FKPAR menyepakati sejumlah rencana kerja, antara lain: pendataan perempuan putus sekolah dan disabilitas di tingkat desa, promosi program pendidikan paket A, B, dan C, penguatan ekonomi perempuan muda melalui CU (Credit Union), serta advokasi kebijakan desa untuk pencegahan perkawinan usia anak.
Selain itu, pendekatan "Keluarga Pembaharu" akan digalakkan untuk mempromosikan kesetaraan sejak dari keluarga. FKPAR juga akan mengidentifikasi calon pemimpin perempuan potensial dan memperkuat komunikasi internal melalui pelaporan berjenjang.
"Perempuan Sumatera harus menjadi sosok yang otonom, sehat, dan inovatif," tuturnya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Provinsi Sumatera Selatan, Fitriana menyebutkan kasus kekerasan terhadap anak perempuan sangat tinggi, terutama di Palembang dan Bengkulu.
Sedangkan menurut dr Nessi Yunita, dari Dinas P3A Lampung Selatan, saat ini tercatat 25 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta maraknya perkawinan anak.
Dalam diskusi, para peserta mengaitkan perjuangan Kartini dengan kondisi perempuan masa kini. Perempuan akar rumput mengidentifikasi bahwa isu-isu seperti akses pendidikan, kesetaraan gender, kekerasan terhadap perempuan, dan kepemimpinan perempuan masih menjadi tantangan utama.
“Di Bengkulu, tercatat 202 angka putus sekolah yang harus terus diperjuangkan. FKPAR memperjuangkan akses pendidikan bagi perempuan yang putus sekolah sehingga bisa mendapatkan paket A, B, C secara gratis,” ucapnya. (susan/hm18)
PREVIOUS ARTICLE
SMAN 1 Uluan Toba Gelar Pameran Pendidikan dan Olimpiade Sains