9.8 C
New York
Friday, April 26, 2024

Restoran Khusus Wanita Pertama di Gaza Dobrak Tradisi Masyarakat Setempat

Gaza | MISTAR.ID – Dengan senyum manis dan sapaan hangat, Eman Abu Ali biasa menyambut pelanggan yang datang ke restoran pertamanya di Jalur Gaza yang dikhususkan bagi wanita, sebuah langkah baru yang mendobrak tradisi umum di kotanya.

Wanita berusia 34 tahun itu, kini ibu dari empat anak, bersikeras untuk mendirikan restorannya sendiri di Abassan, sebuah desa terpencil di Khan Younis, Gaza selatan, tempat dia tinggal.

Abu Ali menuturkan tujuannya membuka restoran tersebut adalah untuk mendorong kaum wanita mendobrak tradisi lama yang membatasi kegiatan sehari-hari mereka.

Restoran Abu Ali yang didominasi warna merah muda telah dipadati oleh pengunjung, beberapa di antaranya mengatakan kepada Xinhua bahwa mereka merasa lebih nyaman berada di restoran khusus wanita.

“Secara umum, tidak mudah bagi wanita membangun bisnisnya sendiri di daerah kantong pesisir yang diblokade ini,” kata Abu Ali kepada Xinhua, sembari menyiapkan makanan untuk seorang pelanggan.

Dia menambahkan bahwa dirinya pernah beberapa kali mencoba mencari pekerjaan setelah lulus dari perguruan tinggi pada 2012, namun gagal.

Israel menerapkan blokade ketat di Jalur Gaza tepat setelah gerakan Islam Hamas merebut kendali di daerah kantong itu pada 2007.

Sejak saat itu, situasi politik dan ekonomi di wilayah tersebut terus memburuk dengan keadaan hidup yang sulit, mendorong warga Palestina menggelar unjuk rasa dan protes anti-Israel setiap pekannya di perbatasan timur yang memisahkan daerah kantong kekuasaan Hamas dengan Israel.

Ketika ide untuk memulai bisnis sendiri muncul di benaknya, Abu Ali tidak tahu usaha macam apa yang akan sukses di Jalur Gaza yang miskin.

“Lalu saya mendapat ide untuk membuka restoran khusus wanita, karena belum ada restoran semacam itu di desa kecil kami ini,” tuturnya.

Wanita muda itu mengatakan dirinya bahkan sempat menyiapkan kuesioner untuk para wanita di desanya guna menanyakan pendapat mereka tentang ide tersebut, dan dia pun mendapat banyak dukungan dari mereka.

Abu Ali melibatkan para wanita di desanya dalam memutuskan semua detail restorannya, mulai dari warna, tipe furnitur, dan jenis makanan yang mungkin akan membuat mereka tertarik.

“Tempat ini akan menjadi rumah kedua bagi mereka,” tuturnya.

“Seperti yang Anda ketahui, ibu rumah tangga biasanya punya banyak waktu luang, dan saya berkumpul bersama teman-teman di sini untuk menikmati momen-momen indah dan menyenangkan,” kata Suhaila Qudaih kepada Xinhua, selagi memeriksa daftar menu restoran itu.

Amany Halaq (30), yang bekerja sebagai pelayan sekaligus koki di restoran tersebut, mengaku bangga dengan pekerjaanya meski awalnya sempat mendapat komentar negatif.

“Memang tidak lazim ada restoran khusus wanita di sebuah desa, tapi kita harus mengubah pandangankeliru terhadap tempat semacam ini,” kata Halaq, seraya menambahkan bahwa restoran tersebut telah memberi pekerjaan untuk tujuh orang.

Menurut angka resmi, kaum muda di Jalur Gaza menderita tingkat pengangguran yang tinggi.

Biro Pusat Statistik Palestina belum lama ini merilis laporan yang menunjukkan tingkat pengangguran di Gaza yang mencapai 52 persen pada 2018, meningkat dibandingkan angka 44 persen pada 2017.

Sumber: Xinhua/Antara
Editor: Luhut Simanjuntak

Related Articles

Latest Articles