Sudan, MISTAR.ID
Perang atau pertarungan antara pasukan paramiliter dan pasukan keamanan Sudan menewaskan setidaknya 25 orang.
Data perserikatan dokter Sudan mengungkap ada 183 orang terluka dalam tembak-menembak militer dan Rapid Support Forces (RSF) itu. Sejauh ini belum jelas apakah korban adalah warga sipil atau bukan.
Menurut kelompok ini kematian tercatat terjadi di bandara ibu kota Khartoum dan kota di dekatnya Omdurman, Nyala El Obeid dan El Fasher.
Baca Juga:Kudeta Militer di Sudan Diprotes, 7 Orang Tewas
Paramiliter RSF mengklaim telah menduduki Istana Kepresidenan Sudan, pemukiman tentara, stasiun televisi lokal dan bandara di Khartoum serta kota Merowe, El Fasher dan West Darfur. Namun, militer Sudan menyangkal klaim ini.
Angkatan Udara Sudan meminta warga diam di dalam rumah, sementera mereka meluncurkan aktivitas yang mereka bilang survei udara mengawasi RSF.
Hari libur dinyatakan untuk Khartoum pada Minggu yang berarti sekolah, bank dan kantor pemerintahan tutup.
Tembakan senjata dan ledakan bisa terdengar di penjuru Khartoum saat bentrok terjadi. Siaran televisi memperlihatkan asap muncul dari beberapa distrik dan video di sosial media menunjukkan jet militer terbang rendah di atas kota.
Jurnalis Reuters di lokasi melihat meriam dan kendaraan tempur berada di jalan ibu kota. Suara tembakan senjata besar terdengar dari markas militer dan RSF.
Kepala militer Sudan Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan mengatakan pada Al Jazeera TV bahwa RSF harus menyerah.
Baca Juga:100 Orang Tewas akibat Banjir Bandang Menerjang Sudan, 5 Provinsi Paling Terdampak
Militer disebut tak akan bernegosiasi dengan RSF kecuali pasukannya mundur.
Pemimpin RSF, Mohamed Hamdan Dagalo alias Hemedti, mengatakan Burhan adalah ‘kriminal’ dan ‘pembohong’.
“Kami tau kamu di mana bersembunyi dan akan mendapatkanmu dan menyerahkan kepadamu keadilan, atau Anda mati seperti anjing lainnya,” kata Hemedti.(cnn/hm12)
