10.6 C
New York
Thursday, April 25, 2024

China dan Singapura Bangun Komunikasi Tingkat Tinggi Pemimpin Pertahanan

Singapura,MISTAR.ID

China dan Singapura sepakat membangun sambungan telepon yang aman untuk komunikasi tingkat tinggi antara para pemimpin pertahanan. Kedua negara sepakat meletakkan dasar untuk berkomunikasi, Kamis (1/6/2023).

Kesepakatan ini akan membangun hubungan komunikasi tingkat tinggi antara China dengan mitra dekat Amerika Serikat (AS) di Asia itu.

Menteri Pertahanan China, Li Shangfu menandatangani nota kesepahaman dengan Menteri Pertahanan Singapura, Ng Eng Hen.

Baca juga: 37 Derajat Celsius, Singapura Catat Rekor Suhu Tertinggi

“Jalur komunikasi terbuka tingkat tinggi seperti itu penting untuk memperkuat saling pengertian dan kepercayaan,” kata pernyataan pemerintah Singapura, tanpa memberikan batas waktu kesepakatan itu akan ditetapkan.

Li sedang dalam kunjungan pertamanya ke Singapura sebagai Menteri Pertahanan. Dirinya membahas masalah keamanan global dan regional dengan sejumlah pejabat Singapura.

Pihak Singapura mengatakan, lembaga pertahanan kedua negara berinteraksi secara teratur melalui latihan bilateral dan multilateral. Singapura adalah mitra militer dan ekonomi yang dekat dengan AS.

Kesepakatan untuk menjalin hubungan telepon langsung terjadi ketika komunikasi antara AS dan China tegang.

Baca juga: China Desak NATO Hormati Integritas Teritorial Serbia

Li juga membentuk hotline pertahanan dengan Jepang pada bulan Maret 2023 lalu. Kesepakatan itu untuk meningkatkan komunikasi dan membantu menghindari pertemuan yang tidak disengaja di wilayah yang tegang.

Di Singapura, Li diperkirakan akan berpidato pada pertemuan pejabat pertahanan, diplomat dan pemimpin negara pada Minggu (4/6/23). Namun Li menolak permintaan dari AS untuk bertemu di sela-sela dengan Menteri Pertahanan, Lloyd Austin. Austin akan memberikan pidato di Shangri-La Dialogue sehari sebelumnya.

Dari banyak masalah antara kedua negara besar itu, China telah terganggu oleh dukungan AS untuk Taiwan. Kondisi itu diperparah dengan penembakan yang disebut AS sebagai balon mata-mata China dan sanksi yang secara langsung menargetkan Li.

Sanksi-sanksi itu terkait dengan paket tindakan AS yang luas terhadap Rusia sebelum invasi ke Ukraina. Sanksi itu diberlakukan pada 2018 atas keterlibatan Li dalam pembelian pesawat tempur dan rudal anti pesawat China dari Rusia.

Baca juga: Soal Penangkapan 2 WNI di Singapura, Dubes RI Belum Terima Laporan

Awal pekan ini, juru bicara Kementerian Pertahanan China, Tan Kefei mengatakan, tawaran Austin untuk melakukan pembicaraan di Singapura telah ditolak. Ini karena AS mengabaikan kekhawatiran China dan menciptakan hambatan buatan.

“Pihak AS harus mengambil tindakan praktis menunjukkan ketulusan dan memperbaiki kesalahan. Ini untuk menciptakan kondisi yang diperlukan dan suasana tepat berkomunikasi dan pertukaran antara kedua belah pihak,” sebut Tan. (republika/hm16)

 

 

Related Articles

Latest Articles