26.3 C
New York
Wednesday, May 8, 2024

Ini 3 Negara yang Siap Hadapi Bencana Kelaparan, Waspada Indonesia

Jakarta, MISTAR.ID

Bencana kelaparan diprediksi terjadi 2050. Ada 3 negara yang dinilai siap menghadapinya. Negara mana saja? Bagaimana dengan Indonesia?

Dekan Fakultas Pertanian UGM, Ir Jaka Widada, MP, PhD, menyebutkan bencana kelaparan diprediksi organisasi pangan dunia (FAO) akan terjadi di 2050. Menurut Jaka, prediksi FAO itu ancaman riil bagi dunia, termasuk Indonesia.

Pertambahan jumlah penduduk dunia yang mencapai angka 10 miliar di tahun itu merupakan salah satu pemicunya. Perubahan iklim juga sangat berpengaruh.

Baca juga:Menyedihkan! 1 Orang Mati Kelaparan Setiap 4 Detik

“Akan terjadi kelaparan luar biasa manakala produksi pangan tidak naik sebesar 70 persen dari sekarang,” ucapnya pada acara Pojok Bulaksumur yang diselenggarakan di Gedung Pusat UGM, Selasa (29/11/22), seperti dilansir laman UGM.

Jaka menambahkan, ada 3 negara yang telah siap hadapi krisis pangan. Yakni Cina, Israel, dan Belanda.

Cina diprediksi bisa bertahan karena sudah bisa membuat benih padi yang berproduksi dua kali lipat lebih banyak. Belanda dan Israel bisa bertahan karena memiliki dan menerapkan teknologi mumpuni untuk meningkatkan produksi komoditas pertanian.

“Ethiopia dulu adalah negara dengan banyak kelaparan. Sekarang, setelah Israel masuk ke situ, menjadi sumber pangan nomor tujuh di dunia karena teknologi dari Israel,” ungkapnya.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Jaka menilai sumber daya alam di Indonesia masih cukup melimpah, plus kondisi geografis Indonesia memungkinkan produksi pertanian berjalan sepanjang tahun. Jadi, ancaman bencana kelaparan yang disebabkan krisis pangan dan perubahan iklim belum terlalu terlihat dan dirasakan di Indonesia.

Baca juga:Miris! Dua Juta Anak di Tanduk Afrika Terancam Kelaparan

Yang ada malah sebaliknya, karena sumber daya alam masih berlimpah, digunakan kurang efisien bahkan cenderung boros. Hal ini juga terjadi di sektor pertanian.

“Di Indonesia pemborosannya luar biasa karena merasa air tidak harus dibeli, tapi ke depan, ancamannya akan luar biasa. UGM perlu melakukan edukasi untuk pelan-pelan menyadarkan tentang perubahan iklim,” tuturnya.(detik/hm06)

Related Articles

Latest Articles