15.8 C
New York
Thursday, May 16, 2024

Browser dan USB Jadi Jalur Serangan Siber Terbanyak

Jakarta, MISTAR.ID

Penelitian mengungkap serangan siber di Indonesia mengalami penurunan, dengan browser jadi jalur yang paling banyak untuk peretasan online, dan USB untuk peretasan offline. Hal itu diungkap dalam laporan terbaru Kaspersky untuk Kuartal III atau Q3 (Juli–September) 2023. Studi ini mengungkap serangan siber ditujukan kepada perorangan, dunia usaha, dan korporasi, hingga instansi kenegaraan dan sektor pemerintahan.

Datanya didasarkan dari pengguna sukarela menggunakan Kaspersky Security Network (KSN). Pertama, ancaman web atau jalur online. Serangan siber jalur ini mengalami penurunan 22,49 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year).

“Serangan melalui browser adalah metode utama penyebaran program berbahaya. Memanfaatkan kerentanan di browser dan plugin-nya (drive-by download) dan rekayasa sosial adalah metode yang paling sering digunakan oleh penjahat siber untuk menembus sistem,” demikian dikutip dari siaran pers perusahaan keamanan siber asal Rusia itu, Selasa (7/11/23).

Selain itu, terjadi sedikit penurunan (5,16 persen) dibandingkan kuartal sebelumnya (Q2), atau periode April–Juni 2023. “Secara keseluruhan, 22,1 persen pengguna diserang oleh ancaman yang ditularkan melalui web selama periode Q3 2023. Hal ini menempatkan Indonesia pada peringkat ke-93 di dunia dalam hal bahaya yang terkait dengan penjelajahan web,” lanjut Kaspersky.

Baca Juga : Badan Keamanan Siber China Temukan 55 Ribu Akun Palsu, Sebagian Milik Militer

Kedua, ancaman lokal alias jalur offline. Data ini menunjukkan seberapa sering pengguna diserang oleh malware yang menyebar melalui drive USB yang dapat dilepas, CD dan DVD, serta metode offline lainnya.

Hasilnya, Kaspersky mengungkap ada penurunan 10,65 persen serangan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Perusahaan mengungkap penyebab mayoritas insiden siber lewat jalur ini adalah worm dan virus file.

“USB tersebut digunakan untuk menyediakan enkripsi penyimpanan data yang aman, dan bentuk upaya spionase ini menargetkan entitas pemerintah di kawasan Asia-Pasifik (APAC),” tutur Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky.

Turun Bukan Berarti Aman

Kendati ada penurunan serangan, Kasperskuy menyebut ada peningkatan kerentanan seiring tren dan teknologi baru yang diadopsi, seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of things (IoT).

“Kami mendorong individu, perusahaan, pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan di Indonesia untuk berkolaborasi dan terus meningkatkan kemampuan pertahanan online terhadap ancaman yang terus berkembang,” kata Yeo.

Baca Juga : 1,9 Juta Serangan Siber Terjadi Setiap Hari di Indonesia

Untuk menghindari risiko ancaman, pengguna dapat menerapkan langkah-langkah berikut:

  • Periksa tautan dalam email dengan cermat sebelum mengklik, dan ingatlah bahwa nama pengirim yang meyakinkan bukanlah jaminan keasliannya
  • Pastikan untuk hanya mengunduh aplikasi hanya dari sumber terpercaya
  • Perhatikan izin yang diminta oleh aplikasi selama instalasi
  • Gunakan hanya koneksi internet berkualitas baik dan aman. Hindari menggunakan peralatan kerja untuk keperluan pribadi atau sebaliknya. (cnn/hm24)

Related Articles

Latest Articles