11.8 C
New York
Wednesday, May 1, 2024

AS Buka-bukaan Asal Muasal Virus Corona

Amerika Serikat, MISTAR.ID

Amerika Serikat (AS) akan mengumumkan hasil penelitian mendalam oleh badan-badan intelijennya tentang asal-usul pandemi Covid-19 yang telah menewaskan jutaan orang di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Sebelum menaiki pesawat kepresidenan Air Force One untuk mengunjungi Cleveland, Ohio pada Kamis (27/5/21), Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada para wartawan bahwa dia akan mengumumkan temuan tinjauan 90 hari itu kepada publik. “Kecuali ada sesuatu yang tidak saya sadari,” ujarnya.

Biden memerintahkan dilakukannya peninjauan baru pada Rabu (26/5/21) lalu di tengah-tengah meningkatnya spekulasi bahwa Covid-19 mungkin telah bocor dari laboratorium China, dan Gedung Putih berjanji untuk menyediakan sumber daya tambahan, termasuk dari laboratorium-laboratorium nasional di Amerika.

Baca Juga:Ditemukan di India, Mutasi Virus Corona Kebal Respons Imun

Badan-badan terkemuka intelijen AS mengatakan tahun lalu bahwa informasi mereka mendukung “konsensus ilmiah yang luas bahwa virus Covid-19 bukanlah buatan manusia atau hasil rekayasa genetika” tetapi mereka akan “terus memeriksa dengan cermat informasi dan intelijen yang muncul” untuk menentukan apakah wabah tersebut dimulai setelah virus ditularkan ke manusia dari hewan atau sebagai akibat dari kecelakaan laboratorium.

Dalam pernyataan baru hari Kamis, Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI) mengatakan badan-badan intelijen AS masih berusaha menjawab pertanyaan seputar asal-usul virus corona.

Pernyataan tersebut menegaskan pernyataan Presiden Biden bahwa dua dari tiga badan intelijen utama itu lebih condong ke salah satu skenario, tetapi ketiganya hanya memiliki “selang kepercayaan yang rendah atau sedang” dalam penilaian mereka.

Para pejabat AS telah menekankan selama berbulan-bulan bahwa kurangnya kerja sama dari pemerintah China menghalangi upaya dari luar untuk mempelajari lebih lanjut tentang asal-usul virus corona yang telah menewaskan sedikitnya 3,4 juta orang di seluruh dunia, termasuk hampir 600.000 di Amerika Serikat. (okezone/hm12)

Related Articles

Latest Articles