12.8 C
New York
Sunday, September 8, 2024

Potensi Tsunami 20 Meter di Banten: Implikasi Megathrust

Jakarta, MISTAR.ID

Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nuraini Rahma Hanifa, mengungkapkan potensi tsunami setinggi 20 meter yang dapat menerjang wilayah Banten jika megathrust di bagian selatan Jawa melepaskan energi besar.

Rahma mengatakan, potensi ini ditemukan setelah pemodelan tsunami yang dilakukan dalam studi yang dipublikasikan pada tahun 2020. Dalam diskusi daring yang disiarkan melalui kanal YouTube BRIN akhir Agustus lalu, Rahma menyatakan tsunami ini, dengan skenario satu selatan Jawa, dapat menghasilkan gelombang setinggi 5-20 meter di selatan Jawa.

“Saat ini, terdapat empat segmen megathrust di selatan Jawa: Megathrust Selat Sunda, Megathrust Jawa Barat, Megathrust Jateng-Jatim, dan Megathrust Bali. Megathrust Selat Sunda, khususnya, adalah zona seismic gap yang potensial namun belum mengalami gempa besar dalam beberapa dekade terakhir,” ujarnya.

Zona Seismic Gap dan Akumulasi Energi

Megathrust Selat Sunda memiliki panjang 280 km, lebar 200 km, dan pergeseran (slip rate) 4 cm per tahun. BMKG mencatat bahwa gempa besar terakhir di Selat Sunda terjadi pada tahun 1757, dengan usia seismic gap mencapai 267 tahun.

Rahma menyebut pihaknya melihat akumulasi energi yang lebih besar di Jawa bagian barat, selatannya Banten. Bahkan, di daerah Lebak, Banten, gelombang tsunami bisa mencapai 20 meter.

Baca Juga : Hadapi Gempa Megathrust, BPBD Sumut Imbau Masyarakat Tetap Waspada

Upaya Mitigasi dari BMKG

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa sejak beberapa tahun terakhir, fokus utama adalah mengerahkan alat-alat mitigasi gempa di zona Megathrust Selat Sunda.

“Kami sangat serius menyiapkan mitigasi megathrust, terutama di Banten dan Selat Sunda,” ungkap Dwikorita dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi V DPR RI baru-baru ini.

Dwikorita melaporkan bahwa BMKG telah melakukan berbagai langkah mitigasi termasuk pemasangan 39 unit seismograf, 20 unit akselerograf, 22 unit automatic water level (tsunami gate), dan penambahan sirine evakuasi menjadi 15 unit dari sebelumnya 2 unit.

Selain itu, BMKG telah menambah 81 Warning Receiver System (WRS) dan melaksanakan sekolah lapang gempa di 7 lokasi.

“Mitigasi ini sangat penting karena di Banten banyak industri, hotel, dan padat penduduk. Total ini kami barangkali di Selat Sunda melebihi dari yang lain,” tutup Dwikorita. (mtr/hm24)

 

Syahrial Siregar
Syahrial Siregar
Alumni STIK-P Medan. Menjadi jurnalis sejak 2008 dan sekarang redaktur untuk portal mistar.id

Related Articles

Latest Articles