25.8 C
New York
Sunday, July 14, 2024

Harga Jagung Terus Anjlok, Petani Simalungun Harap-Harap Cemas

Simalungun, MISTAR.ID

Petani jagung semakin merasakan tekanan ekonomi akibat harga jagung yang terus menurun.

Kondisi ini membuat petani jagung di Nagori Sigodang, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun khawatir modal tidak kembali.

Pada awal tahun 2024, harga jagung sempat mencapai Rp 7.000 per kg, memberikan secercah harapan bagi para petani. Namun, harga terus mengalami penurunan drastis hingga kini hanya berkisar Rp 3.900 per kg.

Baca juga:Anjlok, Ribuan Ton Jagung Hasil Panen Warga Desa Pasir Tengah Dairi Tak Terjual

Menurut marga Siregar, salah seorang petani jagung di Nagori Sigodang, penurunan harga ini sangat memprihatinkan. Dengan harga jagung yang terus merosot, dia berencana untuk beralih ke komoditas lain.

“Dulu, kami bisa menjual jagung dengan harga yang cukup untuk menutupi biaya produksi dan mendapatkan sedikit keuntungan. Sekarang, dengan harga hanya Rp 3.900 per kg, kami bahkan kesulitan untuk menutupi biaya produksi, apalagi mendapatkan keuntungan,” ungkapnya saat ditemui mistar.id, Jumat (12/7/24) sedang menjemur jagung tak jauh dari rumahnya.

Siregar mengaku, harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk pembelian benih, pupuk, dan perawatan tanaman. Selain itu, mereka juga harus mempertimbangkan biaya transportasi, dan tenaga kerja. Situasi ini tidak hanya berdampak pada kondisi ekonomi petani, tetapi juga keberlanjutan pertanian di wilayah tersebut.

Baca juga:Bulog Siantar Siap Membeli Jagung ke Petani untuk Stabilkan Harga

Atas hal itu, ayah 2 anak ini berharap pemerintah dapat segera mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah ini.

“Dukungan berupa subsidi harga, bantuan teknis, dan akses pasar. Kami juga berharap pemerintah membuat kebijakan yang dapat menjaga stabilitas harga komoditas pertanian, supaya petani tidak selalu menjadi pihak yang dirugikan,” katanya.

Bagi petani seperti Siregar, harapan untuk masa depan yang lebih baik tetap ada. Namun, tanpa dukungan dan kebijakan yang tepat dari pemerintah, masa depan petani masih terlihat suram.

Baca juga:Petani Jagung di Simalungun Menjerit, Biaya Produksi Tinggi Harga Anjlok

Murniati, salah seorang ibu rumah tangga (IRT) di alamat serupa yang juga menanam jagung, merasakan tekanan yang sama.

“Kami hanya ingin harga yang adil, yang bisa membuat hidup layak. Kalau begini terus, entah sampai kapan kami bisa bertahan,” ujarnya harap-harap cemas.

Dia juga mengakui, biaya produksi yang tinggi semakin mengancam para petani jagung di wilayah itu. “Harga pupuk dan biaya tenaga kerja terus naik, sementara nilai jual jagung justru turun. Ini membuat kami terjepit,” keluhnya. (indra/hm16)

Related Articles

Latest Articles