10.7 C
New York
Friday, May 10, 2024

Jembatan Peninggalan Belanda di Simalungun, Riskan Tapi Tetap Dimanfaatkan

Simalungun, MISTAR.ID

Salah satu jembatan peninggalan era penjajahan Belanda masih terdapat di perbatasan Nagori (Desa) Bosar Galugur dan Hubuan, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun. Meskipun sempit dan riskan karena tanpa pembatas di sisi kanan dan kiri, jembatan tersebut hingga saat ini masih terus dimanfaatkan warga.

Jembatan dengan lebar sekitar 1 meter dengan panjang 200 meter dibangun melintasi Sungai Tongguran dengan ketinggian 50 meter. Badan jembatan terbuat dari batu dan semen yang dicor tanpa tiang pembatas di sisi kanan mapun kiri.

Mendekati jembatan dari arah Bosar Galugur, jalan akan menurun dan di ujungnya yang masuk wilayah Desa Hubuan, jalan sedikit melebar dan akan tembus ke pemukiman padat penduduk.

Baca Juga: Terima CSR Bank Sumut, WAIS Diharapkan Dongkrak Ekonomi Masyarakat

Jembatan tersebut hanya bisa dilalui sepeda motor maupun sepeda satu arah. Jika dari dua ujungnya ada kendaraan, salah satunya harus mengalah menunggu.

Pangulu Nagori Bosar Galugur, Pahotan Manurung mengatakan jembatan ini menghubungkan desa Hubuan dengan desa Bosar Galugur dibangun di masa penjajahan Belanda.

“Jembatan ini memang dari dulu tidak ada pembatasnya dan pembangunan jembatan ini dibangun secara swadaya,” terang Pahotan kepada Mistar.id, Minggu (21/1/24).

Ia menceritakan dulu jembatan ini sempat memakan korban yang melintas di jembatan tersebut dan terjatuh. Saat hendak melewati jembatan ini, butuh konsentrasi yang baik, jika tidak pemotor bisa jatuh ke dalam sungai.

Terpisah, Sawal (50) warga sekitar mengatakan saat dirinya kecil jembatan sudah ada. Awalnya ini tempat jalannya kereta muntik yang mengangkat hasil pertanian.

“Sudah lama kali lah aku lewati jembatan ini. Soalnya ini jalan kalau mau berangkat kerja, lebih cepat dari sini,” katanya.

Baca Juga: Semakin Rusak, Jembatan Andarasi Terancam Runtuh

Sawal mengatakan, ia melewati jembatan itu sebagai jalan alternatif. Sebab, waktu tempuh lewat jembatan itu lebih singkat ketimbang mengambil jalan lain.

“Sebagai jalan potong alternatif juga karena tidak memakan waktu yang lama. Kalau lewat dari situ, bisa sampai 15 menit dari Balimbingan ke Bosar Galugur. Tapi kalau dari jalan besar, bisa sampai setengah jam untuk sampai ke tempat kerja,” tambahnya.

Meski begitu, Sawal dan beberapa warga lainnya mengaku cukup khawatir tentang keselamatan mereka bila melewati jembatan itu.

“Kalau takut, ya takut sih bang. Namun karena sudah sering dan terbiasa ya tidak apa-apa. Tapi jangan lihat ke bawah, lurus aja jalan ke depan dan fokus,” jelasnya. (Abdi/hm22)

Related Articles

Latest Articles