14.7 C
New York
Tuesday, May 21, 2024

Ekosistem Kawasan Danau Toba Ditemukan Rusak Akibat Konsesi

Simalungun, MISTAR.ID
Beberapa waktu yang lalu, lokasi wisata Parapat di landa banjir bandang. Banjir itu pun berlangsung pada, Kamis (13/5/21), dan melanda sebagian wilayah Bangun Dolok dan Sualan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Parapat Kabupaten Simalungun.

Pasca banjir bandang yang melanda daerah kawasan Danau Toba itu, aktivis Wahana Lingkungan Hidup Sumatera Utara (Walhi Sumut) melakukan investigasi guna ungkap sebab dan akibat banjir serta longsor tersebut. Saat investigasi itu, Walhi Sumut turut menggandeng dua organisasi lainnya seperti, KPPSM dan Aman Tano Batak.

Hasil investigasi awal, beberapa warga yang tinggal di Kelurahan Bangun Dolok (merupakan kampung/desa) yang berdekatan dengan Hulu Sungai Batugaga (masyarakat setempat menamai Aek Sigala-Gala).

“Peristiwa banjir bandang yang terjadi diawali hujan pukul 14.00 WIB. Menurut keterangan warga di Bangun Dolok sekira pukul 15.00 WIB, terdengar suara gemuruh longsor dari perbukitan kawasan hutan tepat berada di atas desa,” Kata Roy Lumban Gaol, Deputi I Advokasi dan Kampanye Walhi Sumatera Utara saat dihubungi Mistar, Rabu (26/5/21).

Baca Juga:Kelompok Tani Sopo Balian Berbagi Sembako dengan Korban Banjir Parapat

Berselang dari suara gemuruh tersebut, tak lama kemudian, masyarakat Bangun Dolok dapat informasi dari salah seorang warga lainnya yang ketepatan berada di Kota Parapat mengabarkan telah terjadi banjir bandang.

Kemudian beberapa warga yang bermukim dekat aliran sungai pun panik, merasa ketakutan melihat luapan sungai membawa material seperti batu dan kayu. Banjir bandang yang terjadi berdampak di beberapa kampung.

Titik terparah pun berada di Huta (kampung) Bangun Dolok, Kampung Buntu Malasang, Nagori Sibaganding, Huta Sualan (tepat di samping Gereja HKBP) dan Kelurahan Parapat sebagai lokasi yang paling terkena dampak dari banjir bandang dari empat wilayah tersebut.

“Sumber banjir bandang berasal dari kawasan hutan yang menjadi Hulu Aek Sigala-gala (Sungai Batugaga). Biasanya masyarakat setempat menyebutnya dengan sebutan Harangan Simarbalatung dan Dolok Si Batuloting,” ujar Roy.

Baca Juga:Polisi Diminta Usut Banjir Bandang Parapat, DPRD Simalungun: Bila Perlu Kita Pansuskan

Selain itu, hasil lainnya dari investigasi tersebut, terjadi penurunan luasan tutupan hutan tahun 2017-2021. Total luasan kawasan hutan lindung di wilayah Kecamatan Sipangan Bolon Parapat 7.026 hektar berdasarkan SK. 8088 tahun 2018 tentang penunjukan kawasan hutan di Provinsi Sumatera Utara.

“Pada tahun 2021 luas kawasan hutan wilayah Kecamatan Girsang Sipangan Bolon kurang lebih menjadi 5826 Hektar. Dalam kurun waktu 3 tahun terjadi penurunan tutupan. Untuk kawasan hutan lindung seluas kurang lebih 1.200 hektar,” jelas Roy Lumbangaol.

Masih menurutnya, data luas wilayah hutan mereka peroleh melalui analisis data spesial yang dilakukan tim Walhi Sumut, KSPPM dan AMAN Tano Batak.(hamzah/hm10)

Related Articles

Latest Articles