Simalungun, MISTAR.ID
Timothy Integrated Farm (TIF) merupakan eduwisata yang terletak di Nagori (Desa) Silou Malaha, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun yang menawarkan tempat untuk liburan, belajar beternak dan bertani.
Wahana wisata yang banyak dikunjungi pelajar dari luar Kabupaten/Kota ini biasanya untuk melaksanakan field trip (belajar di luar sekolah). Tak hanya pengunjung domestik, lokasi seluas 6 hektar itu bahkan menarik wisatawan asal Amerika Serikat.
Letaknya yang tak jauh dari Kota Pematang Siantar, menjadi alternatif masyarakat bagi yang ingin menikmati weekend (akhir pekan).
Baca juga: Dubes Targetkan 1.000 Pelajar Bisa Tuntut Ilmu di Polandia Pada 2025
Lokasi TIF dapat ditempuh mengendarai roda 2 dan roda 4 dalam waktu ± 10 menit dari pusat Kota Siantar. Selama di perjalanan menuju lokasi, pengunjung akan menikmati pemandangan sawah dan peternakan ikan milik warga setempat, serta peternakan ikan milik pengelola TIF.
Pemilik TIF, Richard Ambarita kepada Mistar.Id, Sabtu (13/5/23) mengatakan, selain berwisata sambil menikmati menu, pengunjung juga dapat belajar cara budidaya ikan, menanam padi, serta kegiatan lain yang sifatnya mengedukasi.
Awalnya pada tahun 2010, TIF bergerak di sektor pembibitan ikan. Namun sejak adanya larangan Keramba Jaring Apung (KJA) dari pemerintah, Richard berfokus beternak ikan koi.
Jebolan Teknik Informatika Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta ini mulai mengalihkan TIF menjadi lokasi eduwisata pada bulan Maret 2022.
Sejak saat itu, banyak pelajar beserta para guru mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi di Kota Pematang Siantar, Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Karo datang berkunjung.
Baca juga: Tiga Pelaku Kasus Penikaman Pengunjung Wahana Aksara Park Masih di Bawah Umur
“Setahun terakhir banyak pelajar yang mengunjungi TIF untuk kegiatan field trip,” tutur Richard yang lulus kuliah tahun 2001 ini.
Pria bertato ini menuturkan, ada kesenangan dalam dirinya ketika menyaksikan anak-anak TK dan SD tengah belajar dan bermain di lokasinya.
Selain itu, di awal tahun 2023, TIF kedatangan pengunjung dari Amerika Serikat (AS). Pada kesempatan itu, mereka juga belajar menanam padi, hingga menangkap ikan air tawar.
Menurut pria yang kerap disapa Pak Timo ini, banyak momen menggelitik saat tourist (wisatawan asing) belajar menanam padi, yang tidak lazim mereka lakukan di negara asalnya. “Mereka tampak asyik bermain lumpur sambil menanam padi,” ujarnya.
Harga makanan serta minuman juga terjangkau. Untuk sekali makan dan minum, pengunjung hanya dikenakan tarif mulai dari Rp 25 ribu.
Baca juga: Bupati Dairi Lepas 650 Pelajar SMP dan SMA/SMK di Lomba Maraton ISORI Cup
Menurut Richard, tujuannya mendirikan TIF sebagai eduwisata, tidak lain untuk menciptakan ruang bagi pekarya di Siantar-Simalungun. “Ruang untuk bebas berkarya, apa pun itu kegiatannya, selama positif dan tidak banyak intrik. Let’s go” tuturnya.
Salah seorang pengunjung, Roy, warga Kota Pematang Siantar mengatakan, awalnya imengetahui TIF dari temannya. Namun setelah itu, dirinya kerap mengunjungi TIF di akhir pekan bersama teman lainnya.
“Lokasinya dekat, suasana damai dan harga makannya terjangkau,” ucap Roy.
Selain itu, TIF juga kerap menyajikan berbagai event yang dikemas oleh pihak pengelola langsung maupun komunitas tertentu.
Richard menambahkan, saat ini TIF sedang menyusun persiapan untuk gelaran Gondang Naposo yang direncanakan berlangsung bulan Oktober mendatang.
Baca juga: Sambut Hardiknas, ISORI Dairi Gelar Turnamen Bola Voli Tingkat Pelajar SMP dan SMA-SMK
Sekedar informasi, Gondang Naposo merupakan tradisi masyarakat Batak yang bertujuan sebagai sarana untuk perkenalan, pendekatan, sapaan hingga berbalas pantun yang lazim dilakukan oleh kaum muda-mudi etnis Batak.
Richard berharap, agar seluruh lapisan masyarakat, khususnya para tokoh, tetua Batak dan kaum muda Batak di mana pun berada untuk ikut mensukseskan acara Gondang Naposo 2023 di lokasi TIF itu. (indra/hm16)
