13.2 C
New York
Friday, May 3, 2024

Tengkulak Manfatkan Cuaca Buruk Mainkan Harga Kebutuhan, Pedagang Kecil dan Konsumen ‘Menjerit’

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Memasuki penghujung tahun 2020, sejumlah harga sayur-mayur naik hingga dua kali lipat. Kenaikan harga sayuran yang bervariasi ini diakibatkan intensitas hujan terus meningkat.

Pengakuan para pedagang kecil di sejumlah pasar tradisionil, tingginya harga sejumlah komoditas pangan holtikultura tersebut diduga karena masih dikendalikan para tengkulak.

Barmen Silalahi, salah satu pedagang sayur mayur di pasar tradisional Dwikora, Kota Pematangsiantar, mengakui hal itu. Katanya, memasuki musim hujan biasanya harga sayur-mayur mulai naik dikarenakan pasokan berkurang akibat masa panen petani tertunda cuaca buruk.

Baca Juga: Pemko Medan Buka 53 Pasar Murah, Ini Daftar Harga Barangnya

“Selama musim hujan, sayur-sayuran tidak dapat dipanen karena berpotensi tidak tahan lama. Masa panen yang tertunda inilah menjadi penyebab pasokan barang berkurang,” ungkapnya, Minggu (6/12/20).

Ia juga tidak menampik pasca banjir dan tanah longsor di beberapa daerah di Sumatera Utara sebagai penyebab naiknya harga sayuran, sehingga berdampak pada tingginya harga di tingkat grosir.

“Tidak terlalu memengaruhi sebenarnya terhadap banjir yang terjadi di beberapa daerah. Tapi ada jugalah pastinya, kenaikan harga terjadi pada sayur kacang panjang, wortel, kol dan buncis. Ada yang naik hingga dua kali lipat,” jelas dia.

Baca Juga: Meski Harga Cabai Naik, Sumut Berpeluang Cetak Deflasi

Pantauan Mistar di sejumlah pasar, kenaikan sayur-mayur terjadi tidak hanya di pasar tradisional Dwikora tapi menyeluruh di pasar-pasar yang ada di Kota Pematangsiantar.

Hal yang sama juga diungkapkan R. Saragih. Menurutnya, selain faktor cuaca yang sangat ekstrim, juga karena pasokan dari para petani yang kini telah dikuasai para tengkulak. Aktivitas tengkulak yang aktif mendatangi para petani, sehingga memicu harga sayuran naik tajam.

“Umumnya kalau musim hujan begini banyak daerah yang petaninya malas menanam. Alhasil stok pun sedikit. Udah begitu, para tengkulak berebut jemput bola langsung ke petani, kemudian menjualnya kembali dengan harga tinggi,” ujarnya.

Baca Juga: Lahan Pertanian di Deli Serdang Setiap Tahun Tergerus

Lanjut dia, pasokan yang ada seharusnya bagian para pedagang di Siantar, tapi dijual para tengkulak keluar daerah yang minim hasil pertaniannya, seperti daerah Batam, Pekan Baru, dan Jakarta.

Pujiati, salah seorang pelaku usaha rumahan ini juga ikutan mengeluhkan harga sayuran yang mulai merangkak naik sejak dua minggu lalu.

“Kami ini pedagang kecil, yang dijual pun tak seberapa. Mau dinaikkan, takut ga ada yang beli. Para pembeli sayur mayur di warung saya berkurang. Sepekan ini, pembeli sepi,” ucapnya.

Dia berharap pemerintah bisa menstabilkan kembali harga kebutuhan pokok. Karena sayur-mayur juga merupakan kebutuhan sehari-hari untuk konsumsi.(yetty/hm02)

 

 

 

Related Articles

Latest Articles