Pematang Siantar, MISTAR.ID
Minat generasi muda terhadap pertanian padi sawah, khususnya di Kota Pematang Siantar, relatif kecil.
Legianto Pardamean Manurung, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang) dan Pertanian Kota Pematang Siantar, mengakui kondisi tersebut, Selasa (27/6/23).
Dalam pesan Whats App (WA), dia mengatakan, “Pertanian pangan (padi sawah) ini dianggap kurang menjanjikan untuk kehidupan millenial, hal ini terlihat umumnya oleh petani sekarang yang relatif di atas umur produktif.”
Menurut Pardamean, pemerintah harus mendorong minat generasi muda untuk menjadi petani profesional dengan mengadakan sosialisasi dan pelatihan.
“Generasi muda petani pada saat ini tumbuh relatif kecil, berhubung sektor pertanian bagi pola pikir generasi muda merupakan alternatif yang kesekian. Dimana, mereka secara umum berpendapat bahwa sektor pertanian kurang dapat menjanjikan masa depan yang lebih baik,” bebernya.
Baca juga :Â Dinas Ketapang dan Pertanian Mewaspadai Hewan Kurban Terinfeksi PMK Jelang Idul Adha
Disinggung mengenai program modernisasi pertanian, kata Pardamean, pemerintah mengadakan pelatihan teknologi pertanian yang modern dan tepat guna. “Selanjutnya penggunaan alat-alat mesin pertanian yang modern dan teknologi budidaya modern dan penggunaan metode tehnologi hasil panen yang modern,” ungkapnya.
Terkai mata rantai niaga hasil pertanian, Pardamean menjelaskan, untuk menstabilkan harga pada saat panen raya, pemerintah harus bisa menentukan harga yang tepat (standar) sehingga petani tidak dirugikan. “Dan dalam permodalan bertani pemerintah bisa memberikan bantuan permodalan sehingga petani tidak jatuh ke tangan tengkulak sehingga petani bebas menjual hasil panennya dengan harga yang bersaing,” tukasnya.
Baca juga :Â Wisata Edukasi di Siantar, Cocok untuk Menikmati Liburan Sekolah
Mengenai budidaya pertanian, dimana petani masih bertahan menggunakan pupuk pabrikan, atau hanya sebagian kecil yang menggunakan pupuk organik? Pardamean mengatakan bahwa pemerintah harus tetap mengadakan pelatihan tentang teknologi budidaya yang baru, dan nensosialisasikan tentang pertanian organik.
“Mengenai hasil produksi pertanian yang berpengaruh ke alam, peran pemerintah membangun irigasi teknis sehingga ketersediaan air tetap ada walaupun dalam musim kemarau, mensosialisasikan sistem bertani yang disesuaikan dengan kondisi iklim, mendorong lingkungan tetap dijaga agar seimbang (alam hijau), mensosialisasikan efek negatif dari rumah kaca,” paparnya.
Kemudian mengenai alih fungsi lahan pertanian, kata Pardamean, pemerintah berperan membuat regulasi tentang lahan pertanian sehingga tidak beralih fungsi, dan menerapkan Peraturan Daerah (Perda) Tata Ruang Wilayah sehingga bisa terlaksana dengan baik. “Bagi daerah yang memungkinkan, dapat dilakukan dengan pencetakan sawah baru ataupun lahan pertanian yang baru,” ujarnya mengakhiri. (Ferry Napitupulu/hm19)