Pematangsiantar, MISTAR.ID
Diana Munthe (35), warga Jalan Singosari Gang Rukam Kelurahan Martoba, Kecamatan Siantar Utara, telah menekuni dunia menjahit sejak 2016 silam.
Di tengah tantangan usaha semakin besar yang diikuti perubahan treen, wanita ini tetap optimis mengembangkan bisnisnya, terutama saat momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) ini.
Diana memulai usahanya saat masih tinggal di Medan bersama suaminya, yang bekerja sebagai karyawan swasta. Profesi ini mulai ditekuninya setelah mengikuti kursus menjahit.
Ia mengaku, penghasilannya dari menjahit di Medan lebih besar karena permintaan yang tinggi. Namun, dengan pertimbangan ekonomi mereka memutuskan untuk pindah ke rumah sendiri di Pematangsiantar empat tahun lalu.
Sebagai penjahit, Diana lebih fokus pada pakaian wanita seperti dress, kebaya, dan seragam bridesmaid. Menjahit pakaian pria bukan keahliannya.
“Saya pernah mencoba menjahitkan baju untuk suami saya, tetapi katanya jahitannya kurang nyaman,” ujarnya saat ditemui, pada Jumat (27/12/24).
Baca juga: Kisah Sukses Wanita Pengusaha Lontong di Siantar, Berawal dari 4 Batang Hingga 600 Sehari
Diana mengungkapkan bahwa pesanan di momen Nataru saat ini, tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya.
“Orang-orang sekarang lebih banyak membeli pakaian jadi,” ungkap ibu dua anak itu.
Namun, ia tetap menerima pesanan khusus seperti baju wisuda, baju pentas seni sekolah, hingga bridesmaid, di mana bahannya seringkali sudah disediakan pelanggan.
Selain itu, Diana juga menjahit seragam untuk salah satu sekolah saat penerimaan siswa baru dan menyediakan jasa permak pakaian. Untuk permak, tarif yang ditawarkan cukup terjangkau, mulai dari Rp10.000.
Sementara untuk pembuatan dress, tarifnya bervariasi tergantung pada model, tingkat kerumitan, dan bahan yang digunakan, berkisar antara Rp150.000 hingga Rp500.000.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi Diana adalah menghadapi pesanan dengan model rumit yang membutuhkan detail tertentu, seperti dress dengan aksen bordir, pemasangan payet atau lipatan khusus.
Baca juga: Kisah Inspirasi, Ibu Tiga Anak di Siantar Hidupi Keluarga dengan Usaha Bawang Goreng
Proses pengerjaan model ini bisa memakan waktu lebih lama, terutama jika ada penyesuaian tambahan setelah fitting pertama.
Persaingan dengan pakaian jadi juga menjadi tantangan tersendiri. Diana mengatasi hal ini dengan memanfaatkan media sosial untuk memamerkan hasil karyanya.
Ia rutin membagikan proses pembuatan hingga detail pakaian yang telah selesai untuk menarik perhatian pelanggan.
Diana berharap usahanya dapat terus berkembang.
“Saya ingin menjadi penjahit yang lebih mahir dan mapan, bisa memuaskan pelanggan, menyalurkan hobi, sekaligus mendapatkan keuntungan,” ungkapnya penuh semangat.
Salah satu pelanggannya, Nayla (18), memberikan testimoni positif.
“Saya menjahitkan baju pentas seni saat SMA di sini, dan hasilnya memuaskan. Jahitan rapi dan pas di badan,” ujar Nayla. (hany/hm27)