15.6 C
New York
Sunday, May 19, 2024

Dinkes Siantar: Masih Ada Depot Air Minum Isi Ulang yang ‘Nakal’ Tak Penuhi Standar

Pematang Siantar, MISTAR.ID

Saat ini pemenuhan kebutuhan air minum di masyarakat sangat bervariasi. Ada yang memilih mengkonsumsi air minum dalam kemasan yang dianggap praktis dan higienis. Dan ada juga yang memilih depot air minum isi ulang (DAMIU) dalam bentuk curah (diisi ditempat).

Biasanya setiap depot hanya melakukan pengisian galon air minum yang akan dikonsumsi hari itu juga. Tanpa menyediakan stok yang akan dikonsumsi besok hari.

Hanya saja, masih ditemukan adanya kualitas air minum yang belum memenuhi syarat. Sehingga air minum yang dikonsumsi masyarakat belum terjamin kualitasnya dan dapat menimbulkan penyakit.

Baca juga: Depot Air Siap Minum Ditempatkan di Kantor Wali Kota Siantar, ini Alasannya

Pemerintah Kota Pematang Siantar melalui Dinas Kesehatannya selalu berupaya. Memastikan air minum yang dihasilkan oleh DAMIU laik konsumsi. Serta sesuai standar kesehatan. Meski sebagian besar depot air minum galon isi ulang di wilayahnya tidak memenuhi standar higienis.

“Di Kota Pematang Siantar ini masih ada depot air minum isi ulang yang ‘bandel’ tak penuhi standar higienis,” ucap Fungsional Sanitarian Madya Bidang kesehatan masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Pematang Siantar, Hanna H Girsang, Kamis (15/6/23).

Dijelaskannya, dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 492 tahun 2010 dan No 43 tahun 2014 menegaskan. Bahwa usaha yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dalam bentuk curah dan menjual langsung kepada konsumen. Harus memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Dan diperlukan suatu upaya untuk mengendalikan faktor risiko terjadinya kontaminasi. Yang berasal dari tempat, peralatan dan penjamah terhadap air minum agar aman dikonsumsi.

Baca juga: Sakit Pinggang 2 Tahun Wanita Ini Alami Batu Ginjal karena Jarang Minum Air

“Ada 60 DAMIU saat ini yang tersisa. Sebelumnya berjumlah 80 depot. Entah kenapa, semakin lama, banyak depot yang tidak membuka usahanya lagi. Dan ini diwajibkan bagi para pengusaha nya untuk memeriksakan sampel air minum depot nya. Ke laboratorium terdekat yang terakreditasi setiap sekali dalam 6 bulan. Biasanya di provinsi yang ada laboratorium seperti itu,” jelas Hanna.

Lebih lanjut, terang Hanna, Dinkes Kota Pematang Siantar melalui tim yang berada di puskesmas rutin melakukan pemeriksaan depot air minum yang beroperasi memenuhi kebutuhan air minum warga. Seperti pemeriksaan dan pengamatan secara langsung terhadap fisik sarana dan kualitas air minum. Pengecekan ini penting untuk memastikan kondisi depot dan air yang dihasilkan. Agar tetap terjamin keamanannya bagi konsumen.

“Air yang biasanya digunakan para depot berasal dari PDAM dan sumur bor. Walaupun di kota ini airnya masih bisa dikategorikan baik. Namun tetap saja sebelum dikonsumsi masyarakat, pengolahannya harus dilakukan dengan standar yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan tadi. Pengolahan tersebut dilakukan dengan mesin dan peralatan pengolahan air minum melalui beberapa tahapan agar siap dikonsumsi,” ungkapnya.

Baca juga: Pakar ITB Ungkap Penyebab Air Minum Indonesia Tercemar Tinja

Apakah ada sanksi bagi pengusaha DAMIU ‘nakal’ yang tidak mau mengikuti peraturan Kementerian Kesehatan untuk memeriksakan sampel air minumnya?

“Kami tidak bisa langsung memberikan sanksi tegas seperti penutupan atau pencabutan izin usahanya. Pasalnya, kami kebentur dengan regulasi tentang hal itu belum ada. Palingan sanksi yang sering kami berikan itu antara lain, teguran lisan, teguran tertulis, dan penghentian sementara kegiatannya,” kata Hanna.

Lantas, apa efek yang bisa ditimbulkan apabila masyarakat mengkonsumsi air minum yang tidak higienis dari depot air isi ulang?

Baca juga: Layanan Air Minum PDAM Tirtauli Alami Gangguan Akibat Pipa Pecah di Pondok Malaysia

Hanna mengatakan, konsumsi air dengan kualitas buruk bisa meningkatkan risiko penyakit akibat kuman dalam air. Seperti bakteri jenis Escherichia coli (E. coli) tertentu yang dapat menyebabkan infeksi sehingga menimbulkan gejala diare, sakit perut dan kram.

“Penyakit yang disebabkan oleh bakteri E. coli ini akan berdampak lebih parah jika terjadi pada anak-anak dan lansia,” sebut dia.

Maka dari itu, Hanna menyarankan agar sebelum dikonsumsi, air minum isi ulang tadi harus diolah menjadi air yang layak diminum, dengan cara dimasak.

Baca juga: Program Sanitasi Aman, Peningkatan Akses Air Minum di Sumut Segera Berakhir

“Lebih baik, untuk mengurangi rasa khawatir kita terhadap higienisnya air yang kita minum, lebih baik kita masak hingga mendidih. Setelah mendidih, jangan langsung dimatikan api pemasakannya, tunggu sekitar 3-5 menit kemudian. Agar bakteri E. coli tersebut benar-benar mati,” tuturnya.

Sementara itu, pengakuan salah satu DAMIU, yakni Wildan Qua yang berada di Viyata Yudha. Air minum yang dihasilkannya wajib memenuhi persyaratan kualitas air minum sesuai yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan.

“Kalau tidak pelanggan kami akan pergi. Mereka bisa merasakan air minum yang berasal dari depot kami berbeda dengan depot lainnya. Pelanggan kami bisa merasakan itu. Karena setiap sebulan sekali filternya kami ganti, kelamaan bisa berlumut dan air minum yang dihasilkan akan bau, serta kualitasnya tidak bagus,” ucap Pomo, salah satu pekerja di depot tersebut.

Baca juga: Mobil Cargo Tabrak Pedagang Air Minum Keliling Di Toba

Dia juga memastikan bahwa depot air minum tempat ia bekerja sudah memiliki laporan hasil uji air minum. Yang dihasilkan dari laboratorium pemeriksaan kualitas air yang ditunjuk pemerintah kabupaten/kota atau yang terakreditasi. Hal itu dibuktikan dengan ditunjukkannya ada 3 sertifikat terpampang di dinding depot tersebut.

“Sekali sebulan ada petugas kesehatan dari Puskesmas sini yang datang memeriksa depot air minum ini. Alhamdulillah, semuanya baik-baik saja,” katanya sembari mengatakan depotnya terkadang kelabakan dan terpaksa menolak pelanggan karena banyaknya pesanan. Penolakan itu dikarenakan tidak ingin pelanggan tadi kecewa karena pesanan air minumnya kelamaan untuk diantar. (Yetty/hm21).

Related Articles

Latest Articles