8.7 C
New York
Monday, May 13, 2024

Nama Sigumpar Berasal dari Penumbuk Padi Milik Nommensen

Toba, MISTAR.ID

Pengaruh dari DR.I.L Nommensen seorang misionaris (penyebaran agama Kristen di mana untuk membagikan Kasih Bapa yang dialaminya kepada orang -orang yang sama sekali tidak mengenal Allah) selain itu pengaruhnya tidak sekedar sebagai tokoh agama Kristen yang dihormati tetapi sangat berjasa di sektor pertanian dan kesehatan bagi orang Batak, khususnya di Kecamatan Sigumpar, Kabupaten Toba, Provinsi Sumatera Utara dan nama Kecamatan Sigumpar berasal dari ciptaanNya.

Perjalanan Nommensen masuk ke tanah Batak penuh dengan perjuangan dan harus memahami kebudayaan masyarakat setempat agar tidak seperti penginjil (penyebar agama Kristen) sebelumnya yang menjadi korban masyarakat karena dianggap sebagai penjajah (warga menyebut Sibontar mata).

Setelah berhasil memahami budaya Batak, mulailah dirinya mendapat sambutan dan diterima orang Batak. Secara singkat awal perjalanannya dimulai dari Sibolga menuju Tarutung kemudian menyusuri Danau Toba dengan menggunakan “Parahu Sorat’ (kapal kecil) hingga tiba di Sigumpar selanjutnya menyebarkan agama Kristen Protestan (sekarang HKBP) ke Pulau Samosir. Sekitar tahun 1881 sampai akhir hayatnya tahun 1918 berusia 84 tahun, Nomensen tinggal menetap dan dimakamkan di Sigumpar.

Baca juga:Selain Serahkan Patung IL Nommensen, Gubsu Ungkap Hal Ini di UHN Siantar

Walter Marpaung (64) warga setempat mengisahkan, Senin (15/01/2024) awal kedatangan Nommensen tidak serta-merta diterima masyarakat, terlebih dahulu warga mengujinya untuk tinggal dan membuat rumah kecil di lokasi yang dianggap warga angker (keramat) dan disanggupi oleh Nommensen hingga sekarang lokasi tersebut berdiri Sekolah Dasar, Gereja HKBP dan makam Nommensen dan istrinya beserta anak – anaknya demikian juga saudara seperjuangannya dalam menginjil.

“Waktu yang cukup lama Nommensen diberi ujian dengan kedatangan ular di kediamannya, namun semua dapat dilalui melalui doa – doa dan imannya yang kuat kepada Tuhan, seiring waktu semua tidak pernah terjadi lagi. Maklum leluhur kami sebelumnya penganut Animisme yang meyakini hal – hal gaib, makhluk halus dan roh – roh yang sulit dicerna secara logika,” tutur Walter.

Lanjut dia, kehadiran Nommensen bersama keluarga dan rekan sejuangnya bukan sekedar menginjil dan menyebarkan agama saja, tetapi juga memikirkan dan mengatasi permasalahan masyarakat sekitar dari sektor pertanian dan kesehatan melalui pengetahuan yang dimilikinya disebarkan untuk warga agar hidup dengan baik dan benar.

“Salah satu ciptaannya yang berkesan dan dipakai hingga kini adalah, alat penggiling padi yang digerakkan oleh tenaga air (berupa alat penumbuk padi dengan alu tenaga air), jika kami orang Batak menamainya ‘Gumpar’ dan sejak saat itu leluhur kami menamai daerah kami Sigumpar, berkat jasanya warga tidak mengalami kesulitan untuk menggiling padi menjadi beras,” pungkas dia.

Walker mengatakan, Kecamatan Sigumpar sudah sejak lama menjadi tujuan wisata religi bagi yang beragama Kristen, khususnya makam dari Nommensen, tetapi agar lebih diminati butuh sentuhan yang lebih apik dari pemerintah setempat, terlebih akses jalan, apalagi akses jalan menuju tepi pantai Danau Toba agar wisatawan dapat melihat secara langsung bagaimana Nommensen naik perahu ke Samosir menyebarkan agama.

Baca juga: Rektor Universitas HKBP Nommensen Siantar Siap Divaksin

“Lebih bagus dan sangat menjanjikan untuk menarik banyak pelancong datang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disparbud) Toba membangun prasasti ‘Parahu Sorat’  yang dinaiki Nomensen di tepi pantai Danau Toba, Kecamatan Sigumpar,” usul Walker merupakan pensiunan Dinas Perhubungan Toba.

Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR), Kabupaten Toba mengamini infrastruktur merupakan faktor pendukung untuk memajukan dunia pariwisata di Toba dan usulan dari warga tersebut sudah lama menjadi program Pemkab, sudah diprogramkan dari bupati terdahulu, kebetulan ini akan kita mantapkan lagi semoga cepat direalisasikan guna memajukan pariwisata kita.

“Rapat – rapat sudah dilakukan baik di pemerintahan dan masyarakat untuk pembangunan jalan di tepian Danau Toba  mulai dari Lumban Binanga hingga Sigumpar. Salah satu kendala masalah pelepasan lahan dari warga, untuk itu mari kita berdoa agar warga mau bekerja sama untuk memajukan pariwisata kita. Jika warga setuju tinggal penentuan anggaran dari APBD Toba,” terang Plt. Kadis PUTR Toba, Sofian Sitorus. (nimrot/hm17)

Related Articles

Latest Articles