9.5 C
New York
Sunday, May 12, 2024

Jembatan Rambing Hutabarat di Tarutung, Kini Tak Se-“Romantis” Namanya

Taput, MISTAR.ID

Jika anda adalah remaja yang lahir di tahun 1970- hingga tahun 2000-an, yang pernah ke sana barangkali tidak akan bisa melupakan kisahnya di sebuah jembatan bally bernama Rambing Hutabarat. Jembatan itu terletak di Desa Parbaju Toruan Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara.

Jembatan itu disebut para kaula muda di jaman itu Jembatan Romantis. Dan memang romantis terutama bagi kawula muda. Sebab, selain sebagai sarana transportasi antar dusun dan wilayah di Kecamatan Tarutung, Jembatan dan Sungai Situmandi yang mengalir dibawahnya menjadi destinasi wisata alam terbuka yang asri.

“Banyak kenangan disana, apalagi sewaktu masa remaja,” kata Harry Tobing, 63 warga Kota Tarutung, yang mengaku memiliki banyak kisah di area sungai dan jembatan.

Pada masa remaja dan dewasa, sebut Harry Tobing, Rambing Hutabarat dan sungai Situmandi adalah tujuan utama, terutama kawula muda, terutama pada hari Minggu.

Baca juga: Belum Juga Diperbaiki, Kades dan Warga Timbun Jembatan Rusak di Simpang Penei Raya

Dari sejumlah penuturan warga sekitar pun, sekitar tahun 1970-an hingga penghujung tahun 2000, tempat ini menjadi pertemuan pemuda dan pemudi, termasuk pasangan kawula muda. Mereka memanfaatkanya menjadi destinasi rekreasi atau wisata di alam terbuka dengan munculnya jeram-jeram indah dan suara arus sungai yang terdengar ritmis menyelusup ke celah-celah bebatuan.

Untuk melintasinya menuju seberang sungai, harus menggunakan jembatan Rambing dan barangkali akan menguji adrenalin terutama bagi pelintas pemula.

Mereka pelintas pemula terutama perempuan, tidak jarang pula harus saling berpegang tangan dengan temannya.

Bagi kelompok yang sengaja berpasangan, seperti biasa, si laki-laki akan berperan sebagai penopang yang tangguh dengan memegang tangan si perempuan.

Sampai disitukah? Ternyata tidak. Disana, sangat terasa terjadinya perpaduan antara suara alam dan landscapnya hingga gerak dan cerita romantika manusia yang tercipta disana sembari menikmati suasana alam yang menawarkan relaksasi.

Di gerbang pintu masuk jembatan, sudah berdiri sejumlah warung penyedia penganan kue, pecal dan minuman ringan, yang dibangun dibawah pohon rindang persis di sisi sungai, dan tersedia juga alat musik gitar. Jadilah, tempat ini riuh, diwarnai petikan gitar dan suara anak-anak lembah (Silindung), yang memecah keheningan lokasi dengan sejumlah tembang-tembang yang sedang hits ketika itu.

Jika sudah berhasil melintasi, di penghujung jembatan, di sisi kiri juga akan ditemui sebuah warung yang juga menjual makanan pecal, milik seorang penduduk bermarga Simanjuntak.

Baca juga: Jembatan Lumbansoit Rusak Parah, Bupati Taput Menunggu Perhatian Menteri PUPR RI

Hendrik Hutabarat , seorang warga sekitar menceritakan pada awal era 1970 -an jembatan sudah dibangun. memang lokasi ini sangat rami dikunjungi sejak dulu.

“Memang objeknya menarik, apalagi ketika itu belum banyak destinasi wisata di Silindung dan sekitarnya.

“Hingga sekarang pun memang masih ada pengunjung, tetapi tidak seramai waktu lalu,”terangnya.

Setelah lebih kurang 30 tahun berlalu masa emasnya, lokasi ini memang masih tetap bertahan sebagai destinasi hingga tahun memasuki era tahun 2000-an, tetapi perlahan mulai tergerus dengan munculnya destinasi lainya di wilayah Tapanuli.

Sejumlah destinasi seperti Objek Wisata Salib Kasih, Muara serta sejumlah objek wisata di wilayah Humbang Hasundutan dan Toba pun mulai bermunculan.

Beberapa hari yang lalu, tepatnya hari Sabtu (27/8) sekira pukul 4 pagi, jembatan yang memiliki cerita hingga sekian dekade itupun kini ambruk.

“Amruknya Sabtu sekitar pukul 4 pagi, akibat abrasi sungai yang menghantam pijakan pondasi ( Landhook) jembatan,” kata Kepala Desa Parbaju Toruan Tohom Hutabarat,Selasa, (31/8), di Parbaju Toruan.

Baca juga: Tak Kunjung Diperbaiki Provinsi, Camat Galang Timbun Jalan Rusak di Deli Serdang

Dilaporkan juga, akibat ambruknya jembatan telah memutus aksesbilitas transpostasi masuk dan keluar wilayah Desa Parbaju Toruan, Hapoltahan dan Sosunggulon serta Kelurahan Partali Toruan. Di seberang sungai terdapat pemukiman, lahan pertanian dan pemakaman.

Kepala desa Tohom Hutabarat menyebutkan, potensi ambruknya jembatan, ditengarai akibat semakin masifnya penambangan pasir di hilir Sungai Sigeaon.

Dilaporlan, jembatan ini sendiri telah pernah diperbaiki Tahun 2017 dengan mengganti lantai dari papan menjadi plat baja dan tali sling.

Kepala Dinas PUK Taput Dalan Simanjuntak menjelaskan, pihaknya saat ini masih memikirkan langkah tepat terhadap pemulihan dan perbaikan jembatan.

“Tentu ini terkait anggaran, yang tidak hanya menyedot puluhan juta rupiah tetapi mungkin ratusan juta. Jadi soal rancang bangunnya harus kita lakukan dengan cermat dan disesuaikan dengan ketersediaan anggaran,”ujarnya.(Jan Piter)

Related Articles

Latest Articles