Medan, MISTAR.ID
Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) wilayah I Medan, Eridawati menyebut fenomena Aphelion tidak membuat suhu lebih dingin dari biasanya. “Aphelion tidak berpengaruh signifikan terhadap suhu di bumi. Hal itu termasuk pada periode bumi letaknya lebih dekat dengan matahari (Perihelion),” ujarnya, Jumat (25/2/22).
Menurut Eridawati, cuaca dingin yang terjadi dalam beberapa hari terakhir bukanlah karena Aphelion, namun akibat faktor-faktor lain di luar, sebab bumi berada di jarak terjauh dari matahari. Di waktu yang sama, kata dia, secara umum wilayah Indonesia juga berada pada periode musim hujan dengan masa puncak terjadi pada Februari 2022.
Eridawati menjelaskan, fenomena Aphelion merupakan keadaan dimana titik orbit bumi terjauh dari Matahari. Fenomena Aphelion ini terjadi karena orbit bumi tidak melingkar dengan sempurna melainkan berbentuk elips.
Baca Juga:BMKG: November Puncak Curah Hujan di Sumut
Saat fenomena Aphelion terjadi, diameter matahari akan terlihat lebih kecil dibandingkan rata-rata, yakni sekitar 15,73 menit busur atau berkurang 1,68 persen. Selain itu, saat posisi matahari di utara, terjadi tekanan udara di belahan utara yang lebih rendah dibandingkan belahan selatan yang mengalami musim dingin. “Posisi bumi yang berada pada titik terjauh dari matahari tidak akan berpengaruh pada suhu maupun panas yang diterima bumi. Panas dari matahari akan terdistribusi ke seluruh bumi, dengan distribusi yang juga dipengaruhi pola angin,” jelasnya.
Eridawati juga memastikan fenomena Aphelion tidak berpengaruh untuk wilayah Sumatera Utara (Sumut) dan Medan khususnya. “Aphelion tidak berpengaruh terhadap cuaca, meski jarak bumi dengan matahari berada di titik terjauh. Puncaknya itu nanti bulan Juli. Jadi hujan yang kerap terjadi beberapa hari terakhir ini bukan disebabkan Aphelion,” pungkasnya.(ial/hm15)
