Jakarta, MISTAR.ID
Bendahara Umum Partai NasDem, Ahmad Sahroni, menanggapi surat yang ditulis tangan oleh Anies Baswedan kepada Ketum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), terkait ajakan menjadi cawapres.
Sahroni menganggap surat tersebut ambigu dan bukan merupakan keputusan yang mengikat. Baginya, itu hanya sebuah surat biasa karena belum ada kesepakatan antara ketiga partai pendukung.
“Itu kan Anies yang membuat surat. Kalau ngeliat bahasanya masih ambigu kecuali sudah dibales sama Demokrat, AHY menerima permintaan Anies,” kata Sahroni di Kompleks Parlemen Senayan, Senin (4/9/2923) seperti dikutip dari Detik.
Menurut Sahroni, bahkan jika surat tersebut mendapat balasan, masih ada satu langkah lagi yang harus diambil, yaitu mendapatkan persetujuan dari ketiga ketua umum partai yang mendukung Anies. Namun kenyataannya, surat tersebut belum mencapai tahap itu.
Baca Juga: BNI Indonesia Masters 2023 Bakal Sajikan Pemain Berkelas
“Nah, setelah itu masih ada satu langkah lagi 3 koalisi bersama, ketua umum harus bertandatangan menyetujui kalau AHY cawapres. Ini kan belum ada, ini ceritanya masih logopolitik,” lanjutnya.
Sahroni menjelaskan, bahwa penentuan Cak Imin sebagai cawapres Anies sudah dikomunikasikan kepada Ketum PKS dan Ketum Demokrat. Dia kemudian meminta semua pihak untuk menyikapinya dengan bijak.
“Ke PKS iya, ke Demokrat pun iya. Di malam sampai jam 2 pagi komunikasi tidak diangkat sama AHY,” tutur Sahroni.
Dilanjutkan Sahroni, setelah itu masih ada satu langkah lagi, yaitu ketiga partai koalisi harus menandatangani bersama.
“Namun, langkah selanjutnya belum terlaksana,” katanya menjawab surat balasan dari AHY kepada Anies.
Sahroni mengakui bahwa politik saat ini sangat dinamis dan ia berharap agar tidak ada pihak yang terlalu terbawa emosi atau terlalu sensitif.
Ia menilai, bahwa antar Anies-AHY belum ada keterikatan dan masih dalam konteks permainan politik.
Baca Juga: Disnaker Sumut: Pengaturan Upah Minimum Bentuk Perlindungan Bagi Pekerja
“Dan mungkin harapannya adalah ‘gue mau ngawinin lu tiba-tiba tapi lu batalin’ gitu ya sakit hati wajar,” katanya.
Di dalam politik, sebut Sahroni, tidak boleh sakit hati, tidak ada dendam, atau terbawa perasaan.
“Misalnya terlalu berharap ‘gue mau jadi cawapres nih’ udah gembar-gembor, udah confidence, segala macem. Ya tapi memang garis tangannya belom, ya itulah,” tuturnya. (Dtk/hm22)