14.5 C
New York
Wednesday, May 1, 2024

Mengenal Istilah Subsunk dalam Pencarian KRI Nanggala 402

Jakarta, MISTAR.ID

Kepala Staf Angkatan Laut Yudo Margono secara resmi telah menaikkan status hilangnya KRI Nanggala 402 dari fase submiss menuju fase subsunk. Dua istilah itu asing diketahui masyarakat awam.

Peningkatan status ini diputuskan usai TNI bersama beberapa pihak menemukan beberapa bukti otentik serpihan barang KRI Nanggala, salah satunya, berbentuk tabung torpedo.

Peningkatan status itu membuat TNI menyiapkan evakuasi. Sehingga jika ditemukan anak buah kapal yang selamat bisa langsung dievakuasi.

“Dengan demikian dengan adanya bukti otentik diyakini milik Nanggala itu, sehingga saat ini kami isyaratkan untuk menaikkan status dari submiss menuju fase subsunk, ” kata Kepala Staf Angkatan Laut Yudo Margono dalam konferensi pers, Sabtu (24/4/21) sore.

Baca Juga:Kapal Selam TNI Nanggala 402 Lakukan Kontak Setelah 21 Jam

Pengamat militer Beni Sukandis menjelaskan bahwa istilah fase submiss hingga subsunk merupakan istilah yang digunakan oleh TNI AL. Istilah tersebut muncul khususnya berkaitan bila terjadi suatu insiden terhadap kapal selam.

Ia menjelaskan fase submiss dideklarasikan ketika sebuah kapal selam sudah dipastikan hilang kontak namun diyakini belum tenggelam. Fase ini, kata Beni, terjadi ketika komunikasi di kapal selam sudah terputus sama sekali.

“Intinya fase kapal selam hilang di dalam laut, enggak ada komunikasi kontak atau lost contact tapi belum dipastikan itu tenggelam. Hilang kontak atau hilang komunikasi, itu submiss. Tidak ada komunikasi sama sekali dan tak diketahui keberadaan,” kata Beni kepada CNNIndonesia.com, Minggu (25/4/21).

Pada fase submiss, Beni mengatakan TNI dipastikan akan melakukan pencarian secara besar-besaran. Ia merinci ada dua cara yang bisa digunakan TNI dalam melakukan pencarian kapal selam.

Baca Juga:5 KRI, 1 Heli dan 400 Anggota Dilibatkan Dalam Pencarian Kapal Selam

Pertama, dengan mengerahkan pelbagai alutsista dan teknologi yang dimiliki oleh TNI maupun pihak lain di dalam negeri. Biasanya, alutsista dan teknologi dari dalam negeri yang dikerahkan berupa teknologi yang bisa mendeteksi seperti satelit atau berbentuk sonar.

“Baik penggunaan sinar atau teknologi yang lain karena ini di laut. Atau pakai satelit atau sonar. Bisa mencari logam yg bisa mantul kembali. Walaupun tak bisa diketahui secara pasti. Karena wilayah di sana sangat dalam,” kata dia.

Cara kedua, kata Beni, TNI bisa berkoordinasi dan melaporkan kehilangan kapal selam tersebut ke negara-negara lain untuk membantu pencarian. Salah satunya, kata dia, melalui International Submarine Escape and Rescue Liaison Office (ISMERLO).

ISMERLO merupakan organisasi yang berada di bawah North Atlantic Treaty Organization (NATO) yang siap membantu mengkoordinasikan bantuan pencarian kapal selam yang hilang di seluruh dunia. ISMERLO selanjutnya akan mengirimkan sinyal darurat kepada negara-negara terdekat agar mengirimkan pelbagai bantuan untuk menyelamatkan kapal selam yang hilang.

Baca Juga:Kapal Selam TNI, KRI Nanggala Hilang Bersama 53 Awak

“Memang begitu, bila hilang kontak, dan kita enggak punya kapasitas lakukan penyelamatan secara cepat ya tentu kita deklarasi ke ISMERLO. TNI kan biasa kerja sama militer. Itu biasa,” kata Budi.

“Kan sekarang ada juga kapal penyelamat yang lain dari Singapura datang, pesawat pengintai ada datang dari AS, nah itu bisa lakukan deteksi lewat teknologi-teknologi yang negara-negara lain miliki,” tambah Beni.

Fase Terakhir Subsunk

Selanjutnya, Beni menjelaskan deklarasi Subsunk merupakan tahap terakhir dalam fase pencarian insiden kapal selam.

Beni mengatakan fase ini akan dideklarasikan TNI apabila telah ditemukan pelbagai bukti-bukti yang menguatkan kapal selam telah tenggelam.

“Deklarasi bila itu kapal tenggelam aja. Tenggelam itu ditandai dengan ditemukan bukti-bukti kuat dari kapal selam yang hilang tersebut,” kata Beni.

Beni lantas mencontohkan bahwa TNI sendiri sudah menemukan pelbagai bukti-bukti sehingga kapal selam KRI Nanggala dinyatakan tenggelam.

Beberapa bukti-bukti tersebut di antaranya tumpahan minyak dan oli, serpihan pelurus tabung torpedo dan pembungkus pipa pendingin dengan tulisan Korea; pelumas periskop kapal selam; serta alas salat ABK KRI Nanggala.

Beni menduga bahwa KRI Nanggala tenggelam dalam kondisi badan kapal yang retak. Terlebih lagi, KRI Nanggala diperkirakan berada di bawah 850 meter dari permukaan laut.

Baca Juga:Kapal Selam Buatan RI Ini Bikin Geger ASEAN

“Kapal selam itu kan bisa beroperasi maksimal 300 meter. Nah di bawah itu ada tekanan. Di bawah tekanan itu kapal selam bisa kaya kerupuk itu. Sehingga alami retakan. Sehingga dimungkinkan air masuk. Dan flooding di palka-palkanya karena retak. Tapi kita enggak tahu. Sepertinya sangat besar [retakannya] dan mengeluarkan bukti-bukti tadi,” kata Beni.

Pada fase subsunk, Beni mengatakan badan kapal selam KRI Nanggala kemungkinan masih bisa ditemukan. Terlebih, negara-negara lain telah bergerak untuk membantu pencarian KRI Nanggala.

Meski demikian, Beni enggan untuk berspekulasi terkait keselamatan para awak KRI Nanggala saat dalam kondisi subsunk. Ia berharap para awak masih bisa bertahan dalam kondisi tersebut.

“Kalau soal awak selamat kita belum bisa memastikan ya. Itu berdasarkan kondisi. Apabila faktor pendukung keselamatan atau oksigen dan lain-lain bisa ada atau tersedia. Kalau pendukung oksigen habis ya kita enggak tahu ya,” kata Beni.(cnnindonesia.com/hm01)

Related Articles

Latest Articles