Hakim Kaget! Ini Pengakuan Sopir Ambulans Pengantar Jasad Yosua yang Nunggu Sampai Pagi


hakim kaget ini pengakuan sopir ambulans pengantar jasad yosua yang nunggu sampai pagi
Jakarta, MISTAR.ID
Sopir ambulans, Ahmad Syahrul Ramadhan, mengaku disuruh menunggu hingga pagi usai mengantar jenazah Brigadir N Yosua Hutabarat ke RS Polri. Hakim pun kaget mendengar cerita itu.
Syahrul awalnya menceritakan dia mengevakuasi jenazah di rumah dinas Ferdy Sambo di Kompleks Polri Duren Tiga pada Jumat (8/7/2022). Syahrul mengatakan dirinya tidak tahu siapa jenazah yang dievakuasinya itu. Apalagi, katanya, wajah jenazah saat itu ditutupi masker.
Ahmad mengatakan dirinya diminta mengantarkan jenazah Yosua ke RS Polri dengan ditemani satu anggota Provos Polri. Namun, setibanya di RS Polri dia merasa heran karena jenazah Yosua dibawa dulu ke IGD, bukan langsung ke kamar jenazah.
“Pertama sampai itu nggak langsung masuk forensik Yang Mulia, ke kamar jenazah. Tidak (dibawa ke kamar jenazah) ke IGD. Dan saya bertanya sama yang temani saya ‘pak izin kok ke IGD dulu? Biasanya kalau saya langsung ke kamar jenazah, ke forensik,’ dia bilang ‘wah saya nggak tahu mas saya ikutin perintah aja, saya nggak ngerti’,” ujar Ahmad saat bersaksi di PN Jaksel, Senin (7/11/22).
Baca juga:Sebelum Dipakai Membunuh, Senpi yang Dipakai Menembak Marsal Sempat Diujicoba
Petugas IGD, kata Ahmad Syahrul, juga kaget melihat ada kantong jenazah. Dia mengatakan petugas IGD akhirnya memerintahkan agar jenazah langsung dibawa ke kamar jenazah.
Usai mengantar jenazah, Syahrul mengaku disuruh menunggu di RS Polri oleh salah satu polisi. Dia mengaku tak tahu mengapa disuruh menunggu padahal tak lagi melakukan apapun.
“Setelah saya drop jenazah ke troli jenazah. Saya parkir mobil, terus saya bilang ‘Saya izin pamit Pak’. Sama anggota di RS terus bapak-bapak tersebut bilang katanya ‘Sebentar dulu ya Mas, tunggu dulu’. Saya tunggu tempat masjid di samping tembok sampai jam mau subuh yang mulia,” kata Syahrul.
“Hah, mau subuh saudara nungguin?” tanya ketua majelis hakim Wahyu Iman Santosa yang dijawab ‘Iya’ oleh Ahmad Syahrul.
“Buset! Hanya tunggu jenazah tanpa tahu ada apa-apa?” ujar hakim dan diamini lagi juga oleh Ahmad.
Dia mengaku diberi upah untuk mengantar jenazah dan mencuci mobil. Namun, dia tak menyebut berapa nominalnya.
“(Uang) hanya untuk ambulans sama untuk cuci mobil,” kata Ahmad Syahrul.
Ahmad awalnya menceritakan dirinya mendapat panggilan untuk datang melakukan evakuasi pada 8 Juli 2022. Dia mengaku awalnya tak tahu apa yang akan dievakuasi.
Setibanya di rumah dinas Ferdy Sambo, Ahmad mengaku kaget karena melihat jenazah dan banyak orang. Dia mengaku melihat wajah jenazah saat itu ditutupi masker.
“Saya bilang izin karena nggak muat saya bawa tandu saja. Terus langsung masuk ke dalam rumah. Sampai di dalam rumah saya kaget karena ramai dan banyak juga kamera,” ujar Ahmad saat menjadi saksi sidang pembunuhan Yosua dengan terdakwa Bharada Eliezer di PN Jaksel, Senin (7/11/22).
“Saya posisinya depan kaca belakangnya kolam ikan. Saya berdiri diam nunggu arahan. Menunggu, ‘mas minta tolong evakuasi’. Saya bilang yang sakit yang mana pak, katanya ikutin saja. Saya ikuti police line. Lalu saya terkejut di samping tangga ada jenazah,” sambungnya.
“Jenazah sudah dikantong?” tanya hakim.
“Belum. Masih tergeletak berlumuran darah yang mulia,” jawab Ahmad.
Dia mengaku sempat disuruh untuk mengecek nadi pada jenazah itu. Dia mengatakan tak ada lagi denyut nadi pada jasad Yosua saat dicek oleh dirinya.
Setelah itu, Ahmad ditunjukkan foto kondisi jenazah Yosua. Dia menyebut wajah Yosua saat itu ditutupi masker.
“Posisinya gini?” tanya hakim.
“Iya yang mulia dan wajahnya ditutupi masker yang mulia,” ucapnya.
Dia mengaku mengambil kantong jenazah. Setelah itu, barulah jenazah Yosua dievakuasi.
“Pakai sarung tangan karet yang mulia. Saya bilang sudah nggak ada nadinya. Saya bilang izin pak sudah tidak ada. Lalu dibilang ‘Pasti mas?’ ‘Pasti Pak’. Lalu dibilang ‘Ya sudah mas minta tolong dievakuasi’. Terus saya bilang izin saya ambil kantong jenazah. ‘Emang ada kamu kantong jenazah?’. Saya bilang ada. Ya sudah saya gelar kantong jenazah di situ ada tulisan Korlantas Polri, saya bilang izin saya dari mitra kepolisian Jaktim untuk evakuasi TKP kecelakaan. Katanya ‘oh mitra polisi, ya sudah minta tolong ini dievakuasi’,” ujarnya.
Dia mengatakan jenazah mengeluarkan darah saat diangkat. Namun, Ahmad mengaku tak tahu dari mana darah mengalir.
“Ada yang mulia. Saya nggak ngerti apa keluar dari kepala atau genangan darah. Karena itu juga wajah ditutup masker saya nggak buka-buka yang mulia,” ucapnya.
Baca juga:Keluarga Bharada E di Manado Buka Suara, Minta Eliezer Jujur dan Buka Semuanya
Ahmad mengatakan ada lubang bekas luka tembak di dada jasad saat itu. Namun, dia tak melihat ada bekas tembak di bagian tubuh lainnya.
“Setelah masuk kantong jenazah dibantu berapa orang?” tanya hakim.
“Kalau nggak salah tiga atau empat orang. Lalu dimasukkan itu jenazah karena kakinya terlalu panjang nggak muat di kantong jenazah. Saya lipat dikit baru masuk, saya resleting. Saya tarik dikit saya ambil tandu. Saya bawa langsung saya masukin satu persatu. Lalu dibantu diangkat untuk ke mobil,” ucapnya.
Singkat cerita, Ahmad diarahkan untuk membawa jenazah ke RS Polri. Dia mengaku ditemani seorang anggota Provos di dalam mobil ambulans.
“Pas saya mau nyalain lampu ambulans. Tahan dulu mas. Nunggu arahan saja. Nanti dikawal. Lalu saya jalan di situ ada mobil Provos Pajero, saya di belakangnya. Lalu ada anggota Provos turun. Nanya kamu sama siapa mas? Saya sendiri. Akhirnya saya ditemani di dalam mobil. Akhirnya saya jalan,” ucapnya.