16.3 C
New York
Wednesday, September 11, 2024

Ditolak Berbagai Kalangan, Pemasangan Chattra Candi Borobudur Ditunda

Medan, MISTAR.ID

Candi Borobudur yang terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, rencananya akan dipasang chattra atau payung pelindung bertingkat tiga pada 18 September 2024.

Hal itu diusulkan oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas sebagai upaya penyempurnaan Candi Borobudur. Namun, sejumlah kalangan baik dari arkeolog, aktivis, pecinta cagar budaya, dan lainnya tidak sepakat terhadap kebijakan tersebut.

Salah satu yang menolaknya adalah Komunitas Kandang Kebo Yogyakarta. Komunitas yang bergerak di bidang kebudayaan dan cagar budaya ini menilai usulan dari Kemenag tersebut yang mengatasnamakan umat Budha dipastikan tidak benar.

Baca juga:Perayaan Imlek, Pengunjung Bisa Baca Shio di Vihara Borobudur Medan

“Kondisi di lapangan yang kami dapat, banyak juga umat Budha yang tidak menyetujui mengenai chattra. Dan yang lebih parah lagi, ternyata banyak umat Budha yang tidak tahu menahu apa itu chattra,” ungkap perwakilan Komunitas Kandang Kebo, Ancah Yosi Cahyono saat diwawancarai Mistar, Rabu (11/9/24).

Menurutnya, yang perlu dipertanyakan juga adalah kebijakan ini muncul dengan tiba-tiba dan baru keluar di publik infonya hari Selasa kemarin. Jadi waktu mereka bergerak cuma ada satu minggu untuk upaya penolakannya.

“Hal ini juga yang diselediki/dikritik oleh para arkeolog kemarin lewat pers rilis dari Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI). Karena itu lah kemudian dengan pertimbangan-pertimbangan yang sangat ganjil, menurut kabar terakhir, penelitian ini akhirnya diputuskan untuk ditunda,” tuturnya.

Baca juga:Dua Juta Wisatawan Mancanegara Diharapkan Mengunjungi Candi Borobudur

Selain itu, Yosi juga mengkritisi kenapa dari Kemenag yang mengurus hal ini, bukan dari Dirjen Kebudayaan. Kemudian juga terkesan senyap, tapi tiba-tiba ada berita mau pemasangan di tanggal 18 September.

“Sementara ini kabar dari bawah, info yang di dapat hari ini, Sandiaga Uno, Kemenparekraf akan mengadakan rapat kembali. Itu juga perlu kita pertanyakan lagi, kok Menparekraf juga berada di situ, atau mungkin karena pengelolaan pariwisata atau apa,” sebutnya.

Terkait alasan penolakan pemasangan chattra, Yosi menjelaskan bahwa chattra itu sebenarnya bukan merupakan chattra Theodoor van Erp yang asli, sebab yang asli dulu pernah dipasang dan difoto waktu pemugaran Borobudur pada tahun 1907-1911, pernah diturunkan kembali kemudian dibuang.

“Kenapa diturunkan kembali, karena batu-batu yang dipasang van Erp itu didominasi bebatuan baru, jadi bukan batu asli. Nah karena diragukan hasil studinya itu makanya pemasangan diturunkan lagi. Dan itu belum tentu chattra stupa itu juga,” jelasnya.

Baca juga:Perayaan Waisak 2023 di Borobudur Beri Dampak Ekonomi Positif

Yosi melanjutkan, oleh karena itu batunya dibuang begitu saja di sisi barat candi Borobudur. Kemudian pada tahun 1995 dilakukan pemugaran kembali, ada seseorang yang sampai sekarang masih hidup bernama Werdi, bekerja sebagai pencari batu. Di sela waktu pekerjaannya, dia dan rekan-rekannya menemukan bebatuan yang mirip.

“Jadi batu-batu yang ditemukan Pak Werdi itu juga belum tentu batu lama atau batu asli Borobudur dulu. Karena kita kan kembali lagi, van Erp dulu batunya saja sekitar 40 persen yang naik, sama dia dibuang. Nah, batu ini kemudian ditemukan lagi oleh Pak Werdi dan itu pun tidak utuh,” lanjutnya.

Selanjutnya Yosi berharap, karena ini selalu menjadi isu tahunan dan sudah banyak pihak yang lelah, sebaiknya batu temuan Werdi itu sebaiknya dihilangkan saja, agar tak ada lagi permasalahan seperti ini.

“Saran saya, untuk menghindari polemik berkepanjangan, sebaiknya batu temuan tersebut digudangkan atau dikubur saja,” pungkasnya. (maulana/hm17)

Related Articles

Latest Articles