Saturday, April 19, 2025
home_banner_first
TAPANULI BAGIAN TENGAH

Jumat Agung di Paroki St Yosef Pandan, Umat Mengenang Sengsara dan Wafat Yesus

journalist-avatar-top
Jumat, 18 April 2025 20.15
jumat_agung_di_paroki_st_yosef_pandan_umat_mengenang_sengsara_dan_wafat_yesus

Umat Katolik Paroki St Yosef Pandan mengenang sengsara dan wafat Yesus Kristus dalam misa Jumat Agung yang dipimpin Pastor Gusti Paran. (f: feliks/mistar)

news_banner

Tapteng, MISTAR.ID

Umat Katolik Paroki St Yosef Pandan mengenang sengsara dan wafat Yesus Kristus dalam misa Jumat Agung, Jumat (18/4/2025). Jumat Agung sendiri merupakan bagian dari rangkaian hari raya Paskah dan Tri Hari Suci.

Dalam perayaan Jumat Agung, umat Katolik mengenang sengsara dan wafat Yesus. Gereja juga menjalankan puasa Paskah sebagai bentuk persiapan rohani untuk menyambut sukacita kebangkitan Tuhan.

Pantauan Mistar, misa berlangsung khidmat. Umat yang berada di dalam dan di luar gedung gereja tampak khusyuk mengikuti misa. Misa perayaan Jumat Agung di Paroki St Yosef Pandan digelar dua kali.

Misa pertama digelar pukul 09.00 WIB yang menampilkan prosesi perjalanan Yesus disalibkan. Selanjutnya, misa kedua dilaksanakan pukul 15.00 WIB yang dipimpin Pastor Gusti Paran.

Dalam misa kedua ini, disampaikan kisah sengsara Yesus disalibkan dan kisah 10 pejiarah. Kemudian, juga dilakukan prosesi membuka kain penutup salib dan umat mencium kaki Yesus disalib.

Dalam homilinya, Pastor Gusti Paran menekankan Jumat Agung merupakan inti dari perayaan Paskah. Sebab tanpa penderitaan dan kematian Tuhan Yesus, tidak akan pernah ada kebangkitan dan kemenangan.

"Tanpa kematian Yesus Kristus di Jumat Agung, tidak mungkin ada kebangkitan. Hari ini disebut Jumat Agung karena merupakan puncak pelayanan Yesus di dunia. Disebut agung dan paling mulia, karena pelayanan Yesus adalah kasih," ujarnya.

Dikatakannya, Yesus dengan rela pergi ke Yerusalem, meskipun Ia tahu Ia akan mati. Dia disambut dan dieluk-elukan di Yerusalem, lalu berbalik diolok, dihina bahkan diludahi. Meski begitu, Yesus tetap rela mati di kayu salib karena ketaatan kepada BapaNya.

"Tidak hanya karena taat kepada kehendak Allah, kerelaan Yesus untuk mati di kayu salib juga sebab kasihNya yang besar kepada kita umat manusia. Karena kasih, maka Ia taat dan karena kasih dan ketaatan Ia rela mati di kayu salib. Tidak ada kasih yang lebih berkuasa selain kasih Yesus yang disalib," ucapnya.

Ia juga mengajak umat untuk memaknai kematian Yesus dengan memberi diri tanpa batas. Memikul salib dan mengasihi salib kita sendiri.

"Kita diajak untuk saling memikul salib dan bahkan salib saudara kita yang membutuhkan. Jangan berharap pada kasih manusia, berharaplah pada kasihNya, karena kasihNya tidak akan pernah berubah dan kekal selama-lamanya," tuturnya. (feliks/hm24)

REPORTER: