17.5 C
New York
Monday, April 29, 2024

Disebut Jadi Provinsi Termiskin se-Jawa, Pemda DIY: Anomali

Yogyakarta, MISTAR.ID

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) DIY Beny Suharsono meminta agar tak secara sepenggal melihat laporan BPS. Ia menyebut ada anomali di balik laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut provinsi tersebut termiskin se-Pulau Jawa.

Beny menyebut jumlah penduduk miskin memang bertambah jika dilihat dari hitungan per kuartal (qoq), sementara apabila dilihat dari kacamata hitungan per tahun (yoy), menurut Beny, angka kemiskinan di DIY jelas menurun.

Beny menyebutkan, jumlah penduduk miskin di DIY pada September 2022 tercatat sebanyak 463.630 orang, meningkat menjadi 11,49 persen dibandingkan dengan posisi Maret 2022 yakni 11,34 persen. Namun, warga miskin di DIY pada September 2022 turun 10.900 orang dibandingkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada September 2021.

“Mohon diingat, ini adalah statistik, soal angka. Bisa dilihat pada angka-angka yang lain. Walaupun sering kontrakdiksi, yang disebut dengan paradoks atau anomali. Kami tidak ingin berlindung di situ terus, tapi fakta yang lain menunjukkan demikian,” kata Beny di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Jumat (20/1/23).

Baca juga:Data BPS: Orang Miskin Siantar 22.000, Simalungun 76.000 Jiwa

Beny menyebut, kemiskinan ini tentu tidak bisa lepas dari indikator kesejahteraan masyarakat lainnya. Secara statistik tercatat menjadi provinsi termiskin di Jawa, namun terkait Angka Harapan Hidup (AHH), Indeks Kebahagiaan (IP), Harapan Lama Sekolah (HLS), dan Indeks Kesejahteraan Sosial (IKS), serta beberapa indeks kemajuan daerah lainnya masih menjadi peringkat tertinggi di Indonesia. Termasuk di dalamnya adalah tingkat pengangguran yang jauh di bawah rata-rata nasional.

Beny mengatakan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) DIY sendiri sebesar 80,64 pada 2022. Capaian ini masuk kategori sangat tinggi dan tercatat sebagai yang tertinggi kedua setelah DKI Jakarta.

IPM sebagai indikator resmi yang menggambarkan kualitas hidup manusia mencakup sejumlah indikator. Antara lain, kesehatan melalui AHH yang mencapai 75,08 tahun atau tertinggi di Indonesia.

“Indeks kebahagiaan, itu terkait dengan kesehatan. Itu menunjukkan usia harapan hidupnya terpanjang. Ambil contoh Kulon Progo, kemiskinannya mendekati angka 18 persen tapi usia harapan hidupnya kalau dibanding kabupaten/kota se-DIY paling tinggi, se-Indonesia. Kan jadi aneh,” katanya.

Baca juga:BPS Catat Pengangguran di Sumut Sebesar 6,16 Persen

“Apa saya akan berlindung ‘nggak apa-apa saya miskin, tapi usianya panjang’ kan nggak, Itu kan berarti memang ada indikator yang memang harus dikhususkan. Yogya itu khasnya di mana? Kan lalu tidak bisa digeneralisasi kalau mau fair,” sambungnya.

Indikator IPM lain yaitu pendidikan yang dilihat dari harapan lama sekolah juga tertinggi se-Tanah Air yaitu 15,65 tahun. Lalu, ekonomi yang ditinjau pengeluaran per kapita sebesar 14,48 juta. DIY mengekor DKI Jakarta yang mencapai 18,92 juta.

Target 2024
Beny mengatakan pemda DIY menargetkan selesainya penanganan kemiskinan ekstrem pada tahun 2024, dan mendapat dukungan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X lewat peningkatan perlindungan sosial dan jaminan sosial.

Pemda DIY juga telah menetapkan 15 kecamatan sebagai fokus penanganan kemiskinan di DIY.

Selain itu, 2022 lalu Sultan juga mencanangkan visi misi untuk membangun daerah selatan sebagai salah satu upaya pemerataan pembangunan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemda DIY adalah membuka akses yang lebih baik di wilayah selatan.

Baca juga:Ini 9 Negara Terancam Bangkrut Seperti Sri Langka

Kawasan selatan DIY ini dinilai memiliki potensi pariwisata yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perlu diingat potensi 12 mil garis pantai DIY, juga bukan hal yang patut dikesampingkan. Tiga kabupaten di wilayah selatan yaitu Kulon Progo, Gunungkidul dan Bantul menjadi fokus utama pengentasan kemiskinan DIY.

“Keberpihakan pembangunan harus ke selatan, sudah tidak bisa (ditunda) lagi. Tapi bukan berarti yang utara kita tinggal,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, laporan BPS mencatat DIY sebagai provinsi termiskin di Pulau Jawa per September 2022. BPS melaporkan persentase penduduk miskin di DIY mencapai 11,49 persen, atau naik jika dibandingkan dengan posisi Maret 2022 yakni 11,34 persen. (cnn/hm06)

Related Articles

Latest Articles