Medan, MISTAR.ID
Ekonom Sumatera Utara, Gunawan Benjamin menganalisis rilis data inflasi produsen (PPI) menunjukan bahwa ekonomi AS masih sangat kuat dan membuat Rupiah dibuka melemah pada sesi perdagangan pagi di level 15.940 per US dolar.
“Data tersebut telah mendorong penguatan pada imbal hasil US Treasury AS 10 Tahun yang berada di kisaran level 4.463% pada perdagangan hari ini,” Jumat, (15/11/24).
Gubernur Bank Sentral AS (The FED) menyatakan tidak akan terburu-buru untuk memangkas suku bunga acuan dalam waktu dekat.
Baca juga:The Fed Pangkas Suku Bunga, Rupiah Menguat
“Data inflasi Amerika Serikat (AS) yang masih kuat menjadi kabar yang kurang baik bagi pemangkasan bunga acuan The FED. Meski demikian kinerja mayoritas bursa di Asia ditransaksikan menguat,” ungkapnya.
Saat ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turut mengalami penguatan seiring dengan membaiknya kinerja bursa di Asia.
“IHSG pagi ini dibuka melemah tipis di level 7.195. Tetapi memiliki peluang untuk bergerak menguat seirama dengan bursa di Asia lainnya,” ujarnya.
Namun, kinerja mata uang rupiah justru memburuk pada perdagangan hari ini. Kinerja rupiah kian mendekati level psikologis 16.000 per US dolar.
Baca juga:The FED Pangkas Suku Bunga, IHSG dan Rupiah Berada di Zona Hijau
“Kinerja US dolar sendiri juga terpantau menguat terhadap sejumlah mata uang di Asia. Pelemahan Rupiah terhadap US dolar berpeluang memberikan tekanan pada kinerja IHSG,” jelasnya.
Selain itu, Gunawan menjelaskan IHSG berpeluang bergerak dalam rentang 7.180 hingga 7.250, sementara rupiah berkonsolidasi saat dekati 16.000 per US dolar. Pasar keuangan di tanah air belum sepenuhnya lepas dari tekanan pasar.
“IHSG dan rupiah sudah melemah sekitar 10 hari terakhir, dipicu oleh memburuknya sentimen eksternal yang menekan kinerja pasar di tanah air. Di sisi lain, harga emas bergerak relatif stabil di kisaran $2.568 per ons troy,” katanya. (dinda/hm17)