11.1 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Singapura Diterjang Virus Corona, Haruskah Dunia Khawatir?

Singapura. MISTAR.ID

Singapura, negara yang diakui sebagai ahlinya dalam cara menangani wabah Covid-19 bahkan sebelum penyakit itu memiliki nama. Negara itu telah memberlakukan pembatasan perjalanan yang ketat dan operasi yang efisien dalam melacak penyebaran virus.
Namun dalam beberapa hari terakhir, kasus positif virus corona terus meroket.

Pada hari Kamis, tercatat jumlah terbanyak kasus infeksi baru, sejumlah 287 kasus, naik dari jumlah 142 di hari sebelumnya. Sebagian besar, kasus ini berasal dari padatnya pekerja migran yang masuk ke Singapura.

Setelah berbulan-bulan berusaha mengantisipasinya, Singapura sekarang malakukan partial lockdown ( isolasi sebagian ), di mana sekolah-sekolah dan pusat bisnis yang tidak penting ditutup dan masyarakat diminta agar tetap di rumah.

Hal Yang Berjalan Baik Sejak Awalnya

Sejak awal kasus pertama virus corona telah muncul di Singapura yaitu ketika seorang turis China yang tiba dari Wuhan pada tanggal 23 Januari, hari yang sama dimana Kota Wuhan asal virus corona ditutup secara total. Pada saat penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut mendapatkan nama resminya – Covid-19 – ia sudah menyebar ke penduduk, tapi Singapura melakukan penanganan yang baik .

Selain adanya pemeriksaan kesehatan di bandara, Singapura juga melakukan pengujian ekstensif terhadap setiap kasus yang dicurigai; melacak siapa saja yang berhubungan dengan orang yang terkena kasus yang positif; dan mengurung orang-orang itu di rumah mereka sampai mereka betul betul bersih.


“Hawker Centre” pusat jajanan terkenal di Singapura hanya melayani pemesanan take away.

Memburuk Kemudian

Sistem ini bekerja hingga pertengahan Maret, kata Prof Yik-Ying Teo, Dekan Sekolah Kesehatan Masyarakat Saw Swee Hock di Singapura. Saat itu situasi di seluruh dunia mulai genting, negara-negara mulai mendesak warganya untuk pulang. Ribuan orang dari negara-negara yang tidak proaktif pulang ke Singapura – di antara mereka lebih dari 500 orang yang tanpa sadar telah membawa virus kembali bersama mereka.

Pada saat itu memang diwajibkan bagi mereka yang kembali untuk tinggal di rumah selama dua minggu. Tetapi anggota keluarga yang lain melanjutkan kehidupan mereka seperti biasa bila mereka tidak menunjukkan gejala apa apa. Sementara kasus-kasus baru terus meningkat secara bertahap,tercatat pada pertengahan Maret penambahan per lusin terjadi setiap harinya. Mayoritas adalah kasus impor atau berhubungan dengan kasus impor, tetapi untuk pertama kalinya, tidak semua kasus domestik dapat dengan mudah dilacak.

Prof Teo mengatakan suatu kesalahan untuk tidak membatasi interaksi para pengungsi yang kembali. “Kita sekarang tahu bahwa penyebaran tanpa gejala sepenuhnya mungkin – dan itu memang terjadi, bisa menjadi faktor utama pendorong penyebaran Covid-19,”

Negara-negara harus berhati-hati dalam mengandalkan terlalu banyak pada informasi telah dimiliki sekarang – misalnya, percaya bahwa orang yang telah pulih akan kebal dari infeksi di masa depan, ketika kepastian tentang hal itu masih belum terbukti, di situlah masalah akan timbul.

Dari Mana Virus Itu Menyebar?

Pada Selasa malam, Singapura mengeluarkan undang-undang baru, yang secara efektif melakukan penutupan sebagian secara nasional. Setiap orang dilarang meninggalkan rumah mereka kecuali untuk kegiatan dan olahraga penting, jika tidak akan didenda hingga S $ 10.000 ($ 7.000; £ 5.600) atau enam bulan penjara.

Kasus impor sekarang juga sudah ditangani yaitu dengan mengkarantina semua pendatang yang baru datang. Dengan sedikitnya jumlah orang yang masuk, jumlah kasus impor telah turun menjadi jumlah per satuan. Prof Teo mengatakan ini akan efektif, dan menekankan bahwa sementara mungkin masih ada peningkatan jumlah dalam jangka pendek, itu “adalah refleksi dari apa yang terjadi dalam tujuh hari terakhir – bukan berarti tindakan yang diambil tidak efektif “.

Namun kenaikan eksponensial yang mengkhawatirkan dalam minggu terakhir ini adalah berasal dari pekerja migran Singapura – ratusan ribu pria dari negara-negara miskin yang dipekerjakan dalam bidang konstruksi, pengiriman, dan pemeliharaan.
Singapura sangat bergantung pada para pekerja ini untuk menjaga agar ekonominya tetap beroperasi, tetapi dalam pekerjaannya tentu akan sangat sulit untuk menerapkan social distancing.

Terlebih lagi, pekerja diharuskan oleh hukum untuk tinggal di asrama pribadi yang menampung hingga 12 orang per kamar, dengan kamar mandi bersama, fasilitas memasak, dan fasilitas sosial. Banyak pekerja tetap melakukan pekerjaan mereka meskipun memiliki gejala.

Tampaknya hampir tak terhindarkan bahwa asrama ini akan menjadi satu kelompok. Hampir 500 kasus kini telah dikonfirmasi berasal dari asrama. Jumlah kasus yang dihasilkan dari asrama ini menyumbang 15% dari semua kasus secara nasional.
Pada Hari Kamis, Menteri Pembangunan Nasional Lawrence Wong mengatakan, bahwa jika diketahui sebelumnya seberapa cepat virus dapat menyebar, “Saya akan melakukan hal-hal yang berbeda.” Kekhawatirannya adalah bahwa pada minggu depan atau lebih, angka-angka ini akan meledak.

Akankah hal ini terbukti? Sebagai salah satu negara yang diakui dunia dalam penanganan pandemi virus corona ini, dunia perlu khawatir bila hal itu terjadi.

Sumber : BBC News
Penerjemah : Gustina Hong
Editor : Jelita Damanik

Related Articles

Latest Articles