Mafa: Menangkap Dunia Lewat Lensa


mafa menangkap dunia lewat lensa
Medan, MISTAR.ID
Di balik kabut, suara letusan bersahut menyambut abu dan batu yang menghambur. Asap tebal menggumpal, melambung menembus awan. Senin pagi (18/11/13) yang sunyi, seketika meledak oleh amuk Sinabung.
Di sisi lain, dari radius 6 km, di Warung Ojolali, Desa Tiga Pancur Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, seorang perempuan sigap mengambil kamera. Membidik di tengah pekik, ia tak bergidik.
Bersamaan dengan dentuman hebat itu, ia ledakkan juga rasa dalam dirinya; penuh dan pecah. Lewat mata dan lensa membidik, seolah melepas peluru hingga melaju, melesap ke dalam asap. Dan, klik! Mahakarya tercipta lewat foto.

Kelak, karya foto tersebut menjadi pengabar pada dunia sebagai salah satu letusan tertinggi Gunung Sinabung. Banyak media yang memakainya, baik nasional maupun internasional.
Baca juga: Achmad Yurianto, Berawal dari Fotografer hingga Juru Bicara Satgas Covid-19
Dua hari sebelumnya, perempuan bernama Mafa Yulie Ramadhani itu tengah gundah. Masalah hidup membuat dirinya dipenuhi rasa kecewa.
“Energi besar yang bertumpuk itu membuat diri serasa ingin meledak. Marah, kecewa, bingung. Gak tahu mau dituangkan ke mana. Saat itu, spontan aja ngambil kamera dan berangkat ke Sinabung,” ungkap Mafa saat ditemui mistar.id beberapa waktu lalu di kediamannya di kawasan Gaperta Kecamatan Medan Helvetia.
Mafa mengenang, saat momen pengambilan foto itu, badannya gemetar tapi tidak tangannya. Getaran alam bercampur dengan getaran energi dalam dirinya yang ingin ia ledakkan.

Melambung lewat Sinabung
Warung Ojolali merupakan tempat biasa berkumpul para fotografer dan wartawan. Menunggu dan memantau aktivitas Sinabung untuk kemudian diwartakan.
Saat itu, pertengahan September 2013, pasca amukan di awal bulan, Sinabung beberapa waktu kemudian ‘diam’. Merasa tidak akan ada aktivitas letusan lagi, para pewarta dan fotografer banyak yang pulang.