19 C
New York
Thursday, May 9, 2024

Cerita Guru SLB, Berhasil Mendidik Anak Disabilitas Buka Usaha

Medan, MISTAR.ID

Marlina, seorang guru tata busana di SLB Negeri Pembina, mengungkap perjalanan mengajarnya sejak 2006 dan tantangan saat mengajar anak-anak disabilitas.

Ia menceritakan perubahan tugas mengajarnya. Awalnya mengajar berbagai mata pelajaran hingga fokus pada tata busana. Kemudian, adanya kebijakan baru membutuhkan penyesuaian untuk memastikan kualitas pengajaran yang optimal.

“Saat ini, saya fokus mengajar tata busana untuk anak-anak SMP dan SMA tingkat tunarungu dan tunagrahita. Tantangan yang besar itu adalah jumlah kelas yang banyak, dan kami terus berupaya memberikan pengajaran terbaik,” ujarnya saat ditemui di ruang kelas menjahit, di sekolahnya, pada Senin (11/12/23).

Soal tantangan pembelajaran bagi tunagrahita, menurutnya, terpenting adalah memahami emosi dan mood siswa sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif di kelas.

“Kami harus bisa masuk ke anak, melihat mood mereka, dan menciptakan ikatan yang kuat sebelum memulai proses belajar. Ini merupakan kunci utama agar mereka mau belajar, termasuk dalam keterampilan menjahit,” tambahnya.

Baca juga: SLB Pematang Siantar Maksimalkan Potensi Siswa

Dengan rasa bangga, Marina menceritakan hasil dari pengajaran keterampilan tata busana. Sejumlah alumni SLB Negeri Pembina telah sukses membuka usaha sendiri, bahkan ada yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di bidang tata busana.

“Saya melihat perkembangan positif anak-anak kami. Mereka tidak hanya memiliki keterampilan menjahit, tetapi juga membangun kepribadian dan kepercayaan diri. Beberapa di antara mereka telah meraih prestasi di lomba keterampilan siswa tingkat nasional,” jelas Marlina.

Meskipun mencapai prestasi, Marlina juga menggarisbawahi kekurangan dalam tenaga pengajar untuk mata pelajaran keterampilan.

“Kami mengusulkan penambahan guru keterampilan karena kebutuhan akan pembelajaran praktis ini sangat tinggi. Namun, masih ada kendala terkait kurangnya guru PNS di bidang ini,” paparnya sambil berharap agar pemerintah lebih memperhatikan kebutuhan guru keterampilan di sekolah inklusi ini.

“Kami membutuhkan dukungan lebih dalam hal ini agar setiap anak disabilitas memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan mengejar cita-citanya, terutama dalam dunia tata busana,” tutupnya. (Hutajulu/hm17)

Related Articles

Latest Articles