12.9 C
New York
Tuesday, May 14, 2024

Xi Jinping Serukan Kerja Sama Lebih Besar dengan Turkmenistan di Bidang Gas Alam

Beijing, MISTAR.ID

Presiden China Xi Jinping pada Jumat (6/1/23) mengatakan bahwa dia menginginkan lebih banyak kerja sama dengan Turkmenistan di bidang energy. Demikian laporan televisi pemerintah China.

Turkmenistan, negara Asia Tengah berpenduduk enam juta orang, adalah satu-satunya pemasok gas alam pipa terbesar di China. “Kerja sama gas alam adalah landasan hubungan China-Turkmenistan,” kata Xi kepada Presiden Turkmenistan Serdar Berdymukhamedov yang berada di Beijing dalam kunjungan dua hari.

Laporan media China tentang pertemuan mereka tidak memberikan perincian spesifik tentang kerja sama energi di masa depan antara kedua negara.

Baca Juga:Xi Jinping di Saudi, Sebut Dukung Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Kedua pemimpin juga telah membahas kerja sama energi ketika mereka bertemu September lalu di sela-sela KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (Shanghai Cooperation Organisation /SCO) di Uzbekistan.

China telah membeli lebih banyak gas Turkmenistan. Selama 11 bulan pertama tahun 2022, impor gas Turkmenistan China bernilai US$9,3 miliar, naik dari US$6,79 miliar sepanjang tahun 2021, menurut data bea cukai China. Gas Turkmenistan dipompa ke pantai timur China melalui tiga jalur utama sepanjang 1.833 kilometer dan melewati Kazakhstan dan Uzbekistan.

Kedua negara terus maju dengan pipa keempat yang direncanakan, yaitu jalur D sepanjang 1.000 km yang juga menghubungkan Tajikistan dan Kyrgyzstan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kapasitas pasokan tahunan dari Asia Tengah menjadi 85 miliar meter kubik (bcm) per tahun dari 55 bcm saat ini, media pemerintah Tiongkok telah melaporkan.

Baca Juga:Pemimpin China Xi Jinping Kunjungi Arab Saudi di Tengah Upaya Tingkatkan Ekonomi

Pada pertemuan hari Jumat (6/1/23), kedua pemimpin sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral menjadi “kemitraan strategis yang komprehensif”. Ini akan menempatkan Turkmenistan dalam kategori diplomatik yang sama dengan sekitar 30 negara lain, termasuk Arab Saudi, Australia, dan Venezuela.(channelnewsasia/hm15)

Related Articles

Latest Articles