Warga Gaza Tolak Rencana Relokasi yang Diusulkan Trump
Warga Gaza. (f: ist/mistar)
Gaza, MISTAR.ID
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana merelokasi sementara warga Gaza ke negara lain. Namun, warga Gaza dengan tegas menolak gagasan tersebut.
Seorang warga Rafah di Gaza selatan, Hatem Azzam mengecam pernyataan Trump yang menyarankan agar warga Gaza pindah ke Mesir atau Yordania.
"Trump menganggap Gaza adalah tumpukan sampah. Sama sekali tidak," ujar Azzam, mengkritik pernyataan Trump yang menyebut akan 'membersihkan semuanya’.
Menurutnya, Trump memaksakan rencana ini tanpa mempertimbangkan keinginan warga Gaza dan negara-negara tetangga.
"(Trump) ingin memaksa Mesir dan Yordania menerima migran, seolah-olah mereka adalah ladang pribadinya," tambah Azzam, dilansir dari detik, Rabu (5/2/25).
Mesir dan Yordania sendiri telah menolak gagasan tersebut, begitu pula dengan warga Gaza dan negara-negara lain di kawasan itu.
Kritik terhadap rencana ini juga disampaikan Ihab Ahmed, warga Rafah lainnya, yang menegaskan bahwa rakyat Palestina tidak akan meninggalkan tanah mereka.
"Kami akan tetap berada di tanah ini apa pun yang terjadi. Bahkan jika kami harus tinggal di tenda-tenda dan di jalanan, kami akan tetap berakar di tanah ini," tegas Ahmed.
Di Gaza utara, Raafat Kalob khawatir dengan konsekuensi dari pertemuan Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Washington.
"Saya berharap kunjungan Netanyahu ke Trump tidak akan menghasilkan rencana pengusiran paksa rakyat Palestina atau mengubah peta Timur Tengah," ungkapnya.
Di sekitar Kalob, deretan tenda bantuan berdiri di tanah kosong, sementara bangunan di sekitarnya tampak hancur akibat perang.
Majid al-Zebda, seorang warga yang kehilangan rumahnya, justru berharap Trump bisa menekan Netanyahu untuk mengakhiri konflik.
"(Trump) akan menekan Netanyahu untuk mengakhiri perang ini secara permanen," ujarnya optimistis.
Zebda menegaskan bahwa warga Gaza tidak akan meninggalkan wilayah pesisir tersebut.
"Kami adalah pemilik tanah ini, kami selalu ada di sini, dan akan selalu ada. Masa depan adalah milik kami," tegasnya. (detik/hm20)