11.5 C
New York
Thursday, May 2, 2024

Topan Khanun Menghantam Okinawa, 20 Ribu Orang Disarankan Mengungsi

Tokyo, MISTAR.ID

Topan Khanun menghantam Jepang selatan, memaksa negara itu melakukan evakuasi dan aliran listrik terputus pada sepertiga rumah di Kepulauan Okinawa.

Khanun yang bergerak lambat merupakan topan ketiga yang melanda Asia Timur dalam beberapa minggu itu mengancam bakal memperburuk hujan terberat di Beijing, China dalam lebih dari 1 abad.

Banjir telah menewaskan sedikitnya 34 orang di Negeri Tirai Bambu itu sejauh ini.
Para ahli mengatakan, cuaca ekstrim seperti ini akan semakin sering terjadi karena pemanasan global.

Baca juga: Topan Doksuri Sebabkan Banjir Hebat di China, 11 Orang Dinyatakan Tewas

Khanun yang bersamaan dengan topan lainnya, Talim dan Doksuri, badai super yang juga membasahi Filipina dan Taiwan, sudah menewaskan lebih dari 30 orang, dalam beberapa minggu terakhir.

Itu diprediksi akan tiba di pantai timur laut China pada Rabu (2/8/23), Namun perkiraan saat ini, itu lebih cenderung menuju ke daratan Jepang tanpa menghantam China.
Kepulauan tropis Jepang itu diperkirakan akan menghadapi hembusan angin Khanun dengan kecepatan 252 km/jam (156 mph), pada Rabu (2/8/23).

Sebanyak 20.000 orang telah disarankan mengungsi dan hampir 900 penerbangan telah dibatalkan di Bandara Naha, Okinawa. Ini merupakan puncak musim turis untuk pulau itu. Badai kuat seperti itu jarang terjadi saat ini di Jepang.

Para ilmuwan iklim telah lama memperingatkan, jika pemanasan global akan meningkatkan intensitas dan frekuensi badai dan gelombang panas, yang keduanya melanda sebagian Asia dalam 1 bulan terakhir.

Baca juga: Puluhan Juta Masyarakat China Terdampak Topan Doksuri

Winston Chow, salah seorang profesor iklim perkotaan di Singapore Management University, menyamakan cuaca ekstrem dengan permainan roulette, dimana orang memasang taruhan pada kotak merah dan hitam. Dia mengatakan, kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem  yaitu, bola mendarat di kotak merah sudah meningkat akibat perubahan iklim.

“Semakin banyak emisi yang kita keluarkan, semakin banyak kotak hitam berubah menjadi merah. Jadi kemungkinan besar kita akan lebih sering mendarat di kotak merah setiap tahunnya,” kata Winston.

Efek gabungan dari ketiga badai telah membasahi Beijing dan daerah tetangganya seperti Provinsi Tianjin dan Hebei sejak akhir pekan lalu. Sekitar 974.400 orang telah dievakuasi di Beijing dan Hebei, menurut media pemerintah.

Di desa-desa kaki bukit Distrik Mentougou Beijing terhantam parah, gambar-gambar yang dipublikasikan di media pemerintah menunjukkan penduduk menyekop lumpur keluar dari rumah mereka. Sementara pihak berwenang membersihkan jalan dan jembatan dari bebatuan dan pohon yang tumbang.

Baca juga: Badai Topan Doksuri Diprediksi Sambangi Taiwan

Beijing telah mengalami curah hujan terberat dalam 140 tahun selama beberapa hari terakhir. Itu memecahkan rekor yang terjadi pada tahun 1891 lalu. Menurut petugas telah memperingatkan akan ada lebih banyak curah hujan yang signifikan terjadi.

Di Filipina, pinggiran kota besar di ibu kota Manila masih terendam, menggusur sekitar 300.000 orang, akibat sungai meluap. Dan bendungan juga terancam meluap.

Pekan lalu, 26 orang tewas setelah sebuah feri terbalik di laut ganas di selatan Manila saat Doksuri menjauh dari pantai barat negara itu dan Khanun mengerahkan kekuatan di timur.

Badai juga telah menghancurkan infrastruktur dan menyebabkan kebakaran dan banjir di seluruh wilayah. Ini memaksa penutupan sementara sekolah dan bisnis.

Baca juga: Diterjang Topan Biparjoy, India dan Pakistan Evakuasi Lebih dari 150.000 Warganya

Sebelum topan terjadi, sebagian besar Asia dilanda gelombang panas yang terik.
Lebih dari 9.000 orang di seluruh Jepang dirawat di Rumah Sakit (RS) akibat sengatan panas pada pertengahan Juli. Sementara beberapa bagian China mencatat rekor suhu tinggi.

Salah satu studi yang diterbitkan pada tahun 2021 oleh Frontiers in Earth Science, yang menyelidiki dampak topan antara tahun 1979 dan 2016, memproyeksikan topan dapat berlipat ganda dalam kekuatan destruktif atas daratan pada akhir abad ke 21 ini.(bbc/hm16)

Related Articles

Latest Articles