11.6 C
New York
Sunday, April 28, 2024

Thailand Bersiap Hadapi Arus Ribuan Pengungsi Myanmar

Bangkok, MISTAR.ID

Ribuan pengungsi asal Myanmar diduga bakal ‘mengalir’ ke Thailand untuk menghindari kekejaman junta militer Myanmar setelah sebelumnya ribuan pengungsi etnis Karen memasuki negara tersebut setelah serangan udara yang dilancarkan junta militer Myanmar.

Karenanya, Otoritas Thailand di sepanjang perbatasan barat laut mengantisipasi dan bersiap menghadapi kemungkinan arus pengungsi tersebut, Senin (29/3/21). Dilansir media, Thailand memprediksi gelombang kedatangan ribuan pengungsi Myanmar masih mungkin terjadi hari ini.

Menurut laporan agensi bantuan kemanusiaan Free Burma Rangers, militer Myanmar melancarkan tiga serangan udara sejak Minggu malam hingga Senin. Ketiga serangan tersebut kemungkinan telah melukai satu warga, namun tidak menimbulkan korban jiwa.

Baca juga: Junta Militer Myanmar Makin Menggila Bantai Penduduk Sipil, Oposisi Minta Perlindungan Tentara Pemberontak

Hari Minggu kemarin, sekitar 3.000 etnis Karen diyakini telah melintasi sungai di area perbatasan menuju Thailand. Mereka semua pergi ke provinsi Mae Hong Son di Thailand usai dua hari sebelumnya berusaha melarikan diri dari serangan udara.

Sebuah video memperlihatkan sekelompok warga desa, sebagian di antaranya anak-anak, beristirahat di sebuah area dekat hutan di perbatasan Myanmar. Mereka terlihat membawa sejumlah barang-barang pribadi seperti pakaian.

Dalam serangan hari Minggu kemarin, militer Myanmar menjatuhkan bom ke sebuah posisi gerilyawan Karen di area Sungai Salween, distrik Mutraw. Menurut keterangan Free Burma Rangers, serangan tersebut menewaskan dua gerilyawan dan melukai sejumlah lainnya.

Baca juga: 50 Pemrotes Terbunuh di Myanmar pada “Hari Aib Angkatan Bersenjata”

Pada Sabtu malam, pesawat militer Myanmar dua kali menjatuhkan bom di desa Deh Bu Noh di distrik Mutraw. Serangan tersebut menewaskan setidaknya dua warga desa. Rentetan serangan udara Myanmar diyakini sebagai serangan terhadap Pasukan Pembebasan Nasional Karen, yang selama ini berjuang mendapatkan otonomi di Myanmar. Sejak kudeta militer di Myanmar pada 1 Februari lalu, aktivitas gerilyawan Karen terus meningkat.

Ketegangan di perbatasan terjadi saat ribuan warga Myanmar berunjuk rasa menentang kudeta di sejumlah kota-kota besar seperti Naypyidaw dan Yangon. Hari paling mematikan terjadi pada Sabtu kemarin, di saat lebih dari 100 demonstran tewas di tangan pasukan keamanan Myanmar. Menurut catatan Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), total kematian demonstran di Myanmar telah mencapai 459.(medcom/hm09)

Related Articles

Latest Articles