15.9 C
New York
Thursday, May 16, 2024

Satu Dekade Dikendalikan Militer, Partai Oposisi Menangkan Pemilu Thailand

Bangkok, MISTAR.ID

Kemenangan partai-partai oposisi Thailand pada Pemilu Parlemen yang dilaksanakan, Minggu (14/5/23) membuka jalan untuk menjungkalkan pemerintahan yang dikendalikan militer selama hampir satu dekade.

Kubu liberal, yakni Partai Move Forward dan kubu populis Partai Pheu Thai sudah menguasai kursi parlemen hingga 99 persen suara yang dihitung seperti dikutip, Senin (15/5/23).

Sejauh ini Move Forward memimpin perolehan kursi yakni 113 dari 400 kursi parlemen Thailand. Sementara Pheu Thai sudah mendapat 112 kursi.

Baca juga: Aktivis Muda Thailand yang Memprotes Sistem Monarki Gelar Kampanye untuk Memenangkan Kursi di Parlemen

Salah seorang anggota Move Forward, Paramai Vithayaruksun mengaku, tak percaya dengan hadirnya hari bersejarah ini.

“Saya tak membayangkan hari ini akan tiba,” ujarnya yang sudah bergabung dengan partai itu sejak dua tahun lalu.

Pemimpin Move Forward yang juga menjadi kandidat Perdana Menteri Thailand dari partai itu menengaskan, pihaknya akan tetap konsisten dengan apa yang janjikan kepada publik.

Untuk memerintah Thailand, partai-partai oposisi perlu mencapai kesepakatan dan mengumpulkan dukungan dari berbagai kubu, termasuk anggota Senat yang ditunjuk junta yang berpihak pada partai-partai militer. Dari sana, mereka dapat memilih siapa yang menjadi perdana menteri dan membentuk pemerintahan berikutnya.

Baca juga: 15 Tahun Kudeta, Massa Serukan PM Thailand Mundur

Move Forward yang digawangi kelompok muda itu mendapat dukungan dari para pemilih muda merupakan terobosan tersendiri dalam politik di Thailand. Bahkan untuk di Bangkok saja, Move Forward bisa dikatakan menyapu bersih kursi perwakilan.

Selain itu, Pheu Thai kekuatan konservatif yang disokong keluarga miliarder Shinawatra yang menjadi korban junta militer meskipun pernah menjadi penguasa di Negeri Gajah Putih itu.

Menurut perhitungan, baik Move Forward maupun Pheu Thai sudah memenangkan lebih dari 3 kali lipat jumlah kursi partai Palang Pracharat, kendaraan politik junta, dan partai United Thai Nation yang juga didukung tentara.

Pemimpin Move Forward, Pita Limjaroenrat mengatakan, pihaknya tetap terbuka untuk berkoalisi dengan Pheu Thai. “Ini tentu akan antidiktator, yang didukung partai anti militer, tentu saja,” ujarnya menjawab pertanyaan wartawan.

Baca juga: PM Thailand dan 5 Menteri Lolos dari Mosi Tak Percaya di Parlemen

Sementara itu, keluarga eks Perdana Menteri Thailand, Thaksin Shinawatra yang menjadi tulang punggung Pheu Thai mengatakan, kerja sama dengan Pheu Thai terbuka meskipun saat ini masih terlalu dini untuk dibicarakan. Namun mereka berjanji akan mendengarkan suara rakyat.

“Suara rakyat adalah yang paling penting,” kata Paetongtarn, yang merupakan putri dari Thaksin.

Diketahui Thaksin dan kemudian bibinya Paetongtarn, Yingluck adalah korban dari kudeta militer lebih dari sedekade lalu.

Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-ocha mengatakan, dirinya menghormati demokrasi dan pemilu yang telah berlangsung.

Baca juga: Ratusan Massa Tuntut PM Thailand Mundur

“Saya harap negara ini akan tetap damai dan sejahtera. Saya menghormati demokrasi dan pemilu. Terima kasih,” imbuh seorang pensiunan jenderal yang memimpin kudeta menggeser Shinawatra. (cnn/hm16)

Related Articles

Latest Articles